Wanaloka.com – Adalah gempa di Aceh pada tahun 2004 menjadi salah satu bencana yang menandai urgensi besar tata kelola informasi kebencanaan. Peneliti LIPI, Prof. Hery Harjono mengisahkan, saat itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bencana terjadi di Mentawai. Bukan di Aceh. Sebab belum ada sistem pemetaan yang jelas, apalagi sistem deteksi dini.
“Tahun 2004, kami blank (tidak tahu apa-apa). Baru tahun 2005, kebetulan saya ikut menangani Indonesian Tsunami Early Warning System (ITEWS). Nah itu adalah sejarah. Dulu BMKG sama sekali tidak bisa memberikan informasi. Berbeda jauh dengan sekarang,” tutur Hery.
Peristiwa gempa dan tsunami Palu tahun 2018 lalu, misalnya, BMKG diperkirakan kurang akurat memprediksi datangnya tsunami hingga berakibat fatal karena proses evakuasi yang terhambat. Bencana tersebut tentu menjadi bahan refleksi bagi ilmu pengetahuan untuk mengedepankan keselamatan jiwa masyarakat.
Baca Juga: Alat Praktis Deteksi Dini Penyakit Jantung yang Jangkau Pelosok Buatan Tim Unpad
Berdasarkan data, gempa bumi di Indonesia cenderung meningkat. Tahun 2007 ada 7.500 kali gempa, 2018 naik menjadi 11.900, 2020 turun jadi 8.264, 2022 naik lagi menjadi 10.792 kali gempa. Artinya, selama 2017-2022 ini semakin naik.
“Ini yang menjadi perhatian masyarakat. Mungkin dulu informasi tidak secepat sekarang, sehingga peristiwa-peristiwa gempa tidak banyak diberitakan. Berbeda dengan sekarang, dan inilah yang menjadi perhatian masyarakat,” ujar wartawan senior, Anif Punto Utomo.
Sepanjang tahun 2023, ratusan gempa juga terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. Beberapa kali bencana ini memakan puluhan korban jiwa. Sistem deteksi gempa dini sudah dikembangkan dari tahun ke tahun untuk bisa memberikan informasi potensi gempa secepat dan sedini mungkin.
Baca Juga: Amin Alamsjah, Pari Jawa Berangsur Punah Akibat Ulah Manusia
“Tahun 2005, kami sudah bisa mendapatkan peringatan dini selama 4 menit. Sebelumnya itu 1 jam. Jadi BMKG ini berkembang sangat pesat. Itu adalah kerja sama yang luar biasa antar departemen. Loncatan ilmu geologi sejak kami pertama kali menangani itu, jauh sekali. Jadi buku ini memang cocok bagi yang ingin mempelajari geologi Indonesia,” papar Hery.
Ilmu geologi tidak hanya dimaknai sebagai ilmu pengetahuan tentang bumi secara fisik saja. Melainkan ilmu yang merekam seluruh fenomena yang pernah terjadi di muka bumi. Dalam sejarah, bumi telah beberapa kali mengalami bencana katastropik yang memusnahkan mahluk hidup secara masif. Dan bencana ini bisa datang kapan saja mengancam kehidupan manusia.
Sayangnya, menurut Hery, ilmu pengetahuan kebencanaan, khususnya gempa, belum terlalu diperhatikan pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuannya juga masih dipandang sebelah mata. Padahal, urgensi kebencanaan semakin tinggi mengingat bencana bisa datang kapan saja.
Baca Juga: Khansa akan Mendaki Gunung Aconcagua dalam Ekspedisi Seven Summit
Guru Besar Geologi UGM, Prof. Subagyo Parmumijoyo menuturkan penerapan sistem kebencanaan atau mitigasi perlu didukung komitmen kebijakan politik yang kuat. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan sistem kebencanaan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat. Peran pemerintah dan regulasi menjadi sangat strategis dalam menentukan prioritas keamanan masyarakat.
Pada 30 November 2023, Fakultas Teknik UGM meluncurkan buku berjudul “Geologi Gempa Bumi Indonesia” yang bisa menjadi salah satu sumber untuk mempelajari gempa. Buku itu berkaca dari pengalaman Indonesia yang secara geografis rawan mengalami bencana, salah satunya bencana gempa bumi. Perlu pemahaman dasar, pengelolaan, hingga mitigasi bencana yang perlu dipelajari secara mendalam untuk merumuskan sistem tanggap darurat yang efektif.
Kelahiran InaTEWS
Muhammad Sadly, seorang ASN yang memulai perjalanan karirnya pada tahun 1989 di BPPT telah menorehkan jejak panjang perjuangan dan prestasi. Dari perjalanan di BPPT hingga dilantik sebagai Deputi Geofisika BMKG pada 21 April 2017, Sadly menjadi sosok kunci dalam pengembangan Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
Baca Juga: Temuan Tim Badan Geologi: Patahan Aktif Cipeles Penyebab Gempa Sumedang
Fokus Sadly terletak pada penguatan dan pengembangan InaTEWS. Dengan tekad yang kuat, ia memasang seismograf dengan sensor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, menghadirkan sistem peringatan dini yang efektif dan responsif terhadap gempa bumi dan tsunami.
Kemudian pada tahun 2021, di bawah kepemimpinan Sadly, Kedeputian Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi (Inskalrekjarkom) melangkah maju dengan inovasi berbasis teknologi tinggi. Dengan teknologi yang menerapkan Internet of Things, kecerdasan buatan, rekayasa dan instrumentasi, serta big data, kedeputian ini berkomitmen untuk mengoptimalkan layanan BMKG dan memajukan bidang inskalrekjarkom.
Momen selanjutnya adalah pemutaran video kaleidoskop, sebuah persembahan visual yang merekam perjalanan kedeputian dalam memperkuat jaringan instrumentasi, kalibrasi, rekayasa, dan komunikasi. Video itu menggambarkan pembaruan karya yang diwujudkan kedeputian di bawah kepemimpinan Sadly pada tahun 2023.
Baca Juga: Djati Mardiatno: Paham Risiko Bencana Permudah Lindungi Diri, Keluarga dan Komunitas
“Dengan dedikasi dan semangat, Bapak telah membawa BMKG menuju tingkat keunggulan yang baru. Terima kasih, atas pengabdian yang luar biasa,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam ramah tamah purna tugas Deputi Inskalrekjarkom, Muhamad Sadly pada Desember 2023.
Kelahiran Portal MBG
Pada acara tahunan Kolokium dan Diseminasi Informasi Geologi yang diselenggarakan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 7-8 Desember 2023 lalu di Jakarta, Badan Geologi meluncurkan beberapa produk layanan masyarakat. Salah satunya Portal Mitigasi Bencana Geologi (MBG), yang digagas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
“Portal database MBG ini merupakan suatu transformasi pelayanan publik dalam bentuk penyediaan informasi detail terkait kebencanaan geologi,” tutur Menteri ESDM Arifin pada 8 Desember 2023.
Baca Juga: Gerakan Mahasiswa UGM Tanam Pohon dari Gunung hingga Pesisir
Arifin menjelaskan, Portal MBG akan menyediakan informasi terkait data pendukung untuk penentuan bahaya bencana geologi gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, kawasan rawan bencana tsunami dan gempa bumi. Selain itu, portal MBG diharapkan bisa menciptakan kesadaran akan bencana geologi yang berbasis lokasi real time, sehingga meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
Dalam portal itu juga terdapat peta tematik kebencanaan geologi dapat digunakan secara langsung dan interaktif. Bahkan dapat diintegrasikan ke sistem-sistem lainnya dengan mengedepankan aspek kolaborasi, keberlanjutan, dan kebermanfaatan. Juga dapat diunduh untuk digunakan menjadi produk mitigasi bencana geologi yang lebih bermanfaat.
Portal MBG merupakan platform database berbasis spasial yang dilengkapi kemampuan analisis komprehensif bagi berbagai kalangan. Juga memungkinkan integrasi dan diseminasi bencana geologi dari berbagai sumber menjadi lebih mudah dan efisien.
Discussion about this post