Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Klaim Ramah Lingkungan, Anggota Komisi XII DPR dan Pakar Ingatkan Risiko Energi Panas Bumi

Kebutuhan air dalam proses operasional PLTP cukup besar. Perusahaan memiliki kewajiban untuk memastikan keberlangsungan mata air sehingga tidak mengganggu ekosistem di sekelilingnya.

Minggu, 28 September 2025
A A
PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Foto pln.co.id.

PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Foto pln.co.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya mengklaim energi panas bumi atau geotermal memiliki peran vital mendukung transisi energi Indonesia menuju target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2034.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang telah disahkan pemerintah, terdapat peluang pembangunan PLTP hingga 5,2 gigawatt (GW) sampai tahun 2034.

Baca juga: BMKG Ingatkan Lagi Potensi Gempa Bumi Megathrust M8,8 di Pesisir Selatan DIY

Selain itu, Legislator Dapil Kepulauan Bangka Belitung ini mengklaim keunggulan geotermal terletak pada kemampuannya menyediakan energi base load yang stabil. Berbeda dengan energi surya atau angin yang bersifat intermitten.

“Ini kunci pembeda antara geotermal dengan energi baru terbarukan lainnya. Dibandingkan surya, tenaga angin, itu intermitten. Kalau sudah sore, itu gelap, tidak ada lagi. Tapi setiap kali geotermal beroperasi akan stabil. Penurunan kapasitas itu sangat terhitung, bisa 1 sampai 2,5% tadi kita hitung,” papar Bambang.

Lantaran sifatnya yang stabil, geotermal diklaim lebih andal menopang kebutuhan listrik nasional secara berkelanjutan.

Baca juga: Pemerintah dan DPR Rekomendasikan Pembentukan Badan Pelaksana Reforma Agraria

Pri menyebutkan pengembangan energi panas bumi di Indonesia masih difokuskan pada area gunung api berumur Kuarter, pada sistem hidrotermal bertemperatur tinggi. Sementara tingkat keberhasilan mengeksplorasi dan menemukan sumber panas bumi sebelum dilakukan pemboran adalah 50%. Belum lagi biaya pemboran per sumur yang tinggi, sekitar USD 10 juta membuat pengembangan panas bumi pada tahap eksplorasi memiliki risiko investasi tinggi. Perlu dilakukan investasi berupa penelitian sebelum dilakukan pengeboran.

“Menurunkan risiko tersebut diperlukan investasi berupa penelitian geosains (geologi, geokimia, dan geofisika) untuk menduga keadaan bawah permukaan secara lebih rinci. Teknologi pemboran juga perlu ditingkatkan agar dapat mengakses ke dalam yang dituju dengan lebih cepat,” papar dia.

Pri menjelaskan, energi panas bumi dapat diekstraksi dari semua tempat. Sebab pada dasarnya lokasi potensi energi panas bumi tersebar merata di Bumi. Namun hingga saat ini pengembangan energi panas bumi pada jenis sistem hidrotermal bertemperatur tinggi ini mensyaratkan ditemukannya fluida panas dengan tingkat temperatur antara 225 hingga 300°C, komposisi kimia yang bersahabat  dengan tingkat pH netral pada batuan yang permeabel, tingkat kedalaman antara 1-3 km.

Baca juga: Hari Tani 2025, Ribuan Petani Desak Pemerintah Jalankan Reformasi Agraria Segera

Ia mengklaim potensi energi panas bumi memiliki beragam manfaat yang dapat dirasakan langsung masyarakat. Salah satunya, membuka lapangan pekerjaan.

“Pelaksanaan proyek pengembangan panas bumi mulai dari eksplorasi hingga pengembangan lapangan membutuhkan tenaga kerja lokal yang sangat banyak, serta membuka peluang usaha pendukung seperti catering, akomodasi, transportasi, jasa dan lain-lain,” papar dia.

Beberapa lapangan energi panas bumi mampu menghasilkan produk samping, seperti endapan mineral-mineral yang dapat diolah menjadi penyubur dan penguat tanaman.

“Upaya peningkatan pasokan energi listrik lewat energi panas bumi ini mendorong peningkatan ketahanan pangan,” kata dia.

Baca juga: Supriyanta, Menciptakan Varietas Padi Unggul agar Petani Bahagia

Sementara Suyanto menjelaskan energi panas bumi berasal dari panas di dalam kerak bumi akibat magma, radioaktivitas, dan pergerakan tektonik, dengan suhu inti bumi diperkirakan mencapai 6.000 °C. Manifestasi energi ini dapat ditemui dalam berbagai fenomena alam seperti tanah beruap, kolam lumpur panas, semburan gas, geyser, hingga pemandian air panas alami.

Menurut dia, energi panas bumi tidak hanya dapat digunakan untuk pembangkit listrik, melainkan juga dimanfaatkan secara langsung (direct use). Teknologi ini bisa diaplikasikan untuk mengeringkan hasil pertanian, mengolah kopi, hingga memproduksi kopra.

“Pemanfaatannya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah pedesaan yang memiliki akses terbatas pada energi konvensional. Sayangnya, di Indonesia pemanfaatan non-listrik masih terbatas dan umumnya hanya digunakan untuk tujuan wisata pemandian air panas,” jelas dia.

Baca juga: Titi Mangsa Dinilai Tak Relevan, Petani Gunungkidul Belajar Pahami Prediksi Iklim

BRIN disebut telah melakukan riset panas bumi sejak 1990-an. Berbagai penelitian telah menghasilkan inovasi, mulai dari proyek percontohan bersama pemerintah Prancis. Kemudian, pengembangan PLTP skala kecil, studi mengenai korosi turbin, hingga pemanfaatan uap panas bumi untuk pengeringan hasil pertanian.

Riset ini tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi telah diarahkan untuk memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Peluang pengembangan terbuka lebar dan bidang ini membutuhkan sumber daya manusia terampil yang diklaim siap menghadirkan solusi bagi masa depan energi hijau Indonesia. Dengan cadangan panas bumi yang melimpah, Indonesia berpeluang besar menjadi pionir energi bersih di kawasan Asia Tenggara.

“BRIN berharap upaya riset dan inovasi di bidang ini terus diperkuat, agar panas bumi tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Energi panas bumi adalah harta karun dari perut bumi yang apabila dimanfaatkan dengan optimal dapat menjawab kebutuhan energi sekaligus mendukung kesejahteraan bangsa,” papar dia.

Baca juga: Diseminasi Liputan Kolaborasi Menyelamatkan Hutan Pulau Sipora

Saat ini, selain UU Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, DPR telah menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBT) yang tinggal menunggu pengesahan.

“Komitmen kami jelas. Kami akan berupaya untuk mendorong segera disahkannya RUU EBT. Sudah selesai komplit dan hanya menunggu pengesahan saja. Kami juga akan mendukung segala bentuk support regulasi yang dibutuhkan untuk pengembangan ekosistem renewable energy yang ada di Indonesia,” janji Ratna. [WLC02]

Sumber: BRIN, DPR, UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: energi geothermalenergi panas bumiKomisi XII DPR RIPLTP Kamojang

Editor

Next Post
Padi unggul varietas Gamagora 7 hasil riset peneliti UGM. Foto ugm.ac.id.

Inovasi Riset Pangan Lokal Lewat Padi Gamagora 7 dan Pandanwangi Cianjur

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media