“Supaya lutut prostetik yang dihasilkan nanti mampu digunakan untuk berjalan layaknya lutut normal,” kata Tata dalam Dialog Seni dan Teknologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB bertajuk “Aesthetics and Biomechanics” pada 18 Januari 2023.
Kemudian pada tahun yang sama, mahasiswi Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Rahma Ari Fauziah mengajukan diri untuk mendesain lutut prostetik tersebut. Berbeda dengan pendekatan saintifik yang dilakukan Tim Biomekanika ITB, Rahma memulai penentuan desain dari pengamatan dan wawancara langsung kepada masyarakat difabel. Tujuannya untuk mengetahui kebutuhan desain dari sisi manusia atau penggunanya.
Baca Juga: Ulos, Lambang Ikatan Kasih Sayang Masyarakat Batak
Dari pendekatan tersebut, kemudian diketahui bahwa pengguna menginginkan lutut prostetik yang lebih fleksibel. Semisal dapat digunakan untuk bersila dan salat. Masukan-masukan pengguna itu ditindaklanjutioleh Tim Biomekanika. Kemudian dilanjutkan dengan penyempurnaan desain bentuk lutut prostetik yang lebih estetik serta ergonomis oleh Rahma.
Proses kolaboratif tersebut akhirnya menghasilkan desain lutut prostetik yang nyaman dan estetik dengan harga terjangkau.
“Kolaborasi seperti inilah yang sebenarnya diperlukan untuk merespons berbagai persoalan aplikatif saat ini. Sebab tiap-tiap bidang ilmu tidak mampu menghasilkan produk yang optimal apabila bekerja sendiri-sendiri,” papar Tata. [WLC02]
Sumber: ITB







Discussion about this post