Mulyanto menyatakan keprihatinannya atas kecelakaan kerja yang terjadi lagi di smelter milik Cina itu. Bahkan menyebabkan paling sedikit 35 orang korban, di mana 13 orang di antaranya tewas. Padahal beberapa waktu sebelumnya terjadi kecelakaan kerja di smelter PT. GNI yang mengakibatkan dua pekerja tewas.
Baca Juga: Tungku Smelter Nikel di Morowali Meledak, Aktivis: Audit, Evaluasi dan Proses Hukum
“Ini ledakan terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter milik perusahaan Cina di Indonesia. Pemerintah agar sungguh-sungguh menindaklanjuti kasus ini. Kami perlu tahu apa penyebab ledakan smelter itu. Apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung-jawab untuk mengusut tuntas kasus ini,” tegas Mulyanto.
Mulyanto menyebut peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga sehingga harus benar-benar dipahami. Serta menjadi momentum untuk mengevaluasi semua kesepakatan kerjasama dengan perusahaan Cina.
“Pemerintah harus mencari akar-masalahnya sehingga dapat dicegah kejadian seperti ini berulang di masa depan,” tukas Mulyanto.
Baca Juga: Industri Ekstraktif Tak Usai, Pemerintah Justru Genjot Tambang Bawah Tanah
Selain itu, ia meminta PT. ITTS wajib bertanggung-jawab dalam pengobatan, perawatan, pemakaman para pekerja yang menjadi korban dan pemberian santunan kepada keluarganya.
Diketahui, ledakan hebat terjadi pada tungku smelter milik PT ITSS hingga menewaskan 13 orang pekerja dan 22 orang pekerja teknis lainnya mengalami luka ringan dan berat. Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Agus Nugroho Agus menerangkan, kecelakaan tersebut terjadi bermula ketika tim teknis dari PT ITSS akan melakukan perbaikan terhadap salah satu tungku feronito yang ada di lantai dua gedung PT ITSS. Saat tim teknis melakukan pembongkaran terhadap tungku yang dimaksud, terjadi ledakan disertai dengan semburan api yang mengakibatkan terjadinya kebakaran. [WLC02]
Sumber: DPR
Discussion about this post