Baca juga: Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
“Jadi ini beyond efisiensi. Bukan soal kemampuan membayar, tapi kesadaran kita untuk mempergunakan energi sehemat mungkin, seirit mungkin, mengurangi emisi karbon. Jadi dari tahun ke tahun, saya berharap nanti akan ada terus penurunan carbon footprint Kementerian Kehutanan,” harap dia.
Raja Juli juga menyampaikan pesan inspiratif kepada para CASN agar mereka menjadi pelopor perubahan.
“Mulailah dari dirimu sendiri. Kalau kalian bisa memperbaiki diri, kalian bisa memperbaiki lingkungan, masyarakat, bahkan bangsa ini,” imbuh dia.
Dengan melibatkan generasi muda aparatur negara, kegiatan ini menjadi momentum edukatif untuk membangun budaya birokrasi hijau sejak dini. Kementerian Kehutanan berharap aksi ini dapat menjadi model replikasi di instansi pemerintah maupun sektor lain dalam mengambil tanggung jawab terhadap emisi karbon masing-masing.
Baca juga: Teknik Alternate Wetting and Drying Hasilkan Padi Berkualitas dan Rendah Karbon
Green campus turunkan emisi karbon 25 persen
Upaya menurunkan jejak karbon juga dilakukan di lingkungan kampus Universitas Airlangga (Unair) dengan mengajak seluruh civitas academika terlibat aktif. Dimulai lewat gelaran webinar bertajuk Airlangga Goes Green: Menuju Kampus Net Zero Carbon untuk menegaskan kembali komitmen menghadapi krisis iklim global, Jumat, 13 Juni 2025.
Kasubdit Evaluasi dan Kompensasi Direktorat SDM Unair, Agustine Prihatine Kadir menyatakan Unair juga ingin berperan strategis sebagai agen perubahan dalam isu lingkungan global.
“Tak hanya sebagai pusat ilmu, Unair punya peran strategis sebagai penghasil solusi nyata bagi masa depan lingkungan. Setiap langkah kecil yang kami ambil adalah bagian dari gerakan besar menuju dunia yang lebih hijau dan berkeadilan,” ujar Agustine.
Baca juga: Dokumen Second NDC Disusun, Menhut Minta Lebih Realistis dan Teknokratis
Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair), Nurina Fitriani menjelaskan bahwa pemanasan global yang kini dialami makhluk hidup di Bumi ditandai dengan kenaikan suhu rata-rata, perubahan curah hujan, naiknya permukaan laut, serta meningkatnya bencana iklim.
“Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pola konsumsi energi di kampus turut menjadi pemicu utama,” kata dia.
Sementara tantangan utama Unair dalam menurunkan emisi karbon, antara lain konsumsi listrik dari sumber tidak terbarukan, sampah organik kafetaria, dan transportasi mahasiswa. Konsep green campus, menurut dia menjadi pendekatan penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang bertanggung jawab secara ekologis.
Baca juga: Maryati Surya, Tupai dan Bajing Itu Tak Sama
“Tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga menanamkan kesadaran dan nilai keberlanjutan di seluruh aspek pembelajaran dan operasional kampus,” ucap Nurina.
Unair telah memulai berbagai langkah nyata menuju konsep green campus dan net zero carbon. Di sektor energi, Unair menggunakan sumber terbarukan seperti solar (801.828 kWh), wind (28.760 kWh), biomassa, serta biodiesel. Implementasi teknologi bangunan pintar telah menjangkau 50–75 persen area kampus.
Inovasi teknologi juga didorong melalui Airlangga Photovoltage System Monitoring dan S-miles Enduser, yang memungkinkan pemantauan dan optimalisasi konsumsi energi secara real-time. Hasilnya, Unair bisa menurunkan emisi karbon hingga 25 persen.
Melalui sinergi antara teknologi, edukasi, dan partisipasi aktif sivitas akademika, Unair terus bergerak menuju visi kampus hijau yang bukan hanya berwawasan lingkungan, tetapi juga berkelanjutan demi generasi masa depan. [WLC02]
Sumber: Kementerian Kehutanan, Universitas Airlangga
Discussion about this post