Dwikorita mengatakan negara-negara di dunia tidak memiliki kapasitas dan ketahanan yang sama dalam menghadapi situasi akibat kondisi cuaca, Iklim, dan air yang ekstrem. Ia berharap negara-negara yang memiliki sumber daya dan kapasitas yang besar mau berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, kapasitas finansial, tata kelola dan manajemen dengan negara-negara kecil dan juga kawasan.
“Selain untuk mereduksi kesenjangan kapasitas dalam pengelolaan sumber daya air juga untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Kegagalan dalam mencapai SDGs dapat mengakibatkan konflik sosial-ekonomi dan politik global,” tutur Dwikorita.
Melalui World Water Forum ke-10 yang akan digelar pada bulan Mei 2024 mendatang di Bali, ia berharap keterlibatan para pakar, Ilmuwan, akademisi, praktisi, pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan berbagai pihak terkait lainnya mampu menguatkan komitmen, solidaritas dan kerja sama antar negara, kawasan atau wilayah, untuk mengatasi tantangan global di sektor air.
Baca Juga: Rice Cooker Gratis Kurangi Impor LPG, DPR: Emak-emak Lebih Butuh Pangan Murah
Dwikorita menjelaskan goal dari penyelenggaraan the 10th World Water Forum bulan Mei tahun 2024 mendatang adalah untuk menutup gap (kesenjangan) dalam mewujudkan ketersediaan air bersih secara berkeadilan dan merata. Caranya, melalui aksi kolaboratif dalam peningkatan kapasitas pengelolaan dan konservasi sumber daya air secara berkelanjutan, berbasis pada observasi secara sistematis untuk memperoleh data terkait fenomena dan parameter air. Serta menggencarkan Inovasi pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan aspek ekonomi dari nilai air, melakukan diplomasi air, serta serta diperkuat dengan proses politik dan hukum.
Rata-rata 8,32 Juta Jiwa per Tahun
Sebelumnya, Fakultas Geografi UGM telah menggelar acara 5th International Conference on Environtmental Resources Management (ICERM) 2023 bertema “Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Kehidupan Berkelanjutan” pada 26 September 2023. Ajang tersebut merupakan simposium internasional yang mengundang ahli dari berbagai negara untuk mendiskusikan isu lingkungan.
“Tahun ini, kami mengangkat tentang air. Saya yakin setiap negara memiliki masalah yang berbeda, dan kami duduk untuk mendiskusikannya bersama,” ucap Dekan Fakultas Geografi UGM, Danang Sri Hadmoko, dalam sambutannya.
Baca Juga: Delegasi Muda Sepakati 4 Poin Deklarasi Pemuda AIS
Populasi di dunia telah meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Bank Dunia, populasi dunia telah bertambah sebanyak 8,32 juta jiwa setiap tahun, sepanjang tahun 2011-2021. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 11,89 persen dibanding dekade sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan semakin tipisnya sumber daya alam yang tersedia, termasuk air. Meskipun 72 persen bagian bumi adalah air, hanya sedikit yang merupakan air tawar, dan sisanya adalah air asin. Kondisi tersebut memunculkan masalah kelangkaan air akibat penggunaan yang tidak terkontrol mengingat air adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia.
Isu air dibahas dalam konteks lintas negara. Tak hanya soal ketersediaan air masa kini,dan masa depan, tetapi juga distribusi air di seluruh negara. Tidak semua negara di dunia memiliki akses akan air bersih. Melalui ICERM 2023, para ahli berupaya mengatasi ketidakmerataan sumber daya air, dan kelanjutannya pada masa mendatang. Terdapat sembilan sub-tema dalam ajang ini, antara lain pengelolaan sumber daya air terpadu, pengelolaan mata pencaharian dan sumber daya air perkotaan, keadilan air untuk pembangunan berkelanjutan, hingga penanggulangan bencana.
Sejak dimulai pada 2017, ICERM telah melibatkan ratusan akademisi dari seluruh penjuru dunia. Hasil dari acara ini adalah jurnal penelitian yang dipublikasikan melalui Scopus Publishing. Tahun ini, penyelenggaraan ICERM telah dibuka sejak Agustus lalu. [WLC02]
Discussion about this post