Fenomena La Nina membawa dampak peningkatan curah hujan di banyak tempat di Indonesia. Meskipun dampak La Nina tidak pernah sama karena dipengaruhi faktor lainnya.
“Yang perlu juga diwaspadai adalah penyakit yang biasa muncul di musim hujan. Semua harus bersiap,” kata Dwikorita.
Baca Juga: Tim Nakes Indonesia di Pakistan Temukan Kasus Malaria di Pengungsian
Penyakit yang dimaksud antara lain diare, demam berdarah, Leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit.
Untuk mengantisipasi arus perubahan iklim yang dahsyat, BMKG berkolaborasi dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melakukan penguatan sistem peringatan dini di Indonesia. Kolaborasi yang dilakukan berupa observasi dan analisis guna meningkatkan akurasi informasi cuaca dan iklim di Indonesia. Selain itu juga digelar workshop, seminar, simposium, dan berbagai pelatihan lain guna pengembangan sumber daya manusia (SDM) BMKG. Kerjasama tersebut I bawah koordinasi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG, Nelly Florida Riama.
Baca Juga: Pentas Seni Gemati Bhumiku Menggugah Kesadaran Pengelolaan Sampah
Kerjasama tersebut telah berlangsung cukup lama dan diwujudkan dalam berbagai macam program bersama. Salah satunya program rutin tahunan, yakni melakukan pelayaran ke Samudra Hindia untuk melakukan perawatan Buoy serta pengukuran variabel laut hingga kedalaman 5.000 meter. Hasil dari pengukuran dianalisis bersama dan disajikan dalam tulisan ilmiah yang dipresentasikan dalam seminar internasional.
BMKG dan NOAA juga melaksanakan kegiatan Indonesia Prima (Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis), yakni ekspedisi untuk meningkatkan kerapatan observasi cuaca dan prediksi cuaca kelautan di Samudra Hindia.
“Ini adalah upaya BMKG untuk berdiri sejajar dengan pusat iklim global lainnya,” kata Dwikorita yang berharap BMKG dapat memainkan peran penting dalam pemantauan cuaca dan iklim global. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post