Paparan mikroplastik terhadap manusia dapat terjadi melalui tiga jalur utama, yaitu inhalasi (pernapasan), ingestasi (konsumsi), dan dermal (kontak kulit). Penemuan telah menunjukan, bahwa partikel mikroplastik banyak terdapat dalam darah, paru-paru, plasenta, bahkan jaringan tubuh manusia dengan ukuran rata-rata 14 mikrometer.
Risiko kesehatan yang dapat muncul, yaitu inflamasi paru, gangguan reproduksi, penyakit metabolik, penurunan kualitas oosit, bahkan potensi karsinogenik. Selain itu, paparan kronis terhadap mikroplastik juga dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat urban akibat kualitas udara yang memburuk.
“Kerusakan lingkungan akibat mikroplastik bukan hanya permasalahan ekologis, tetapi juga krisis kesehatan masyarakat yang harus direspons segera,” tegas dia.
Baca Juga: Anna Fatchiya, Program Adaptasi Dampak Perubahan Ikim Gagal Tanpa Libatkan Perempuan Petani
Upaya pengendalian
Terkait pengendalian mikroplastik, Lilis mengatakan perlu ada usaha kolektif dengan pendekatan kebijakan, edukasi, dan teknologi. Beberapa solusi yang disampaikan antara lain pelarangan plastik sekali pakai, pengembangan bahan bioplastik, promosi daur ulang, dan sistem pemilahan sampah yang efektif.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pembuat kebijakan, industri.
“Diperlukan inovasi dalam sistem pengolahan limbah serta kampanye literasi lingkungan kepada masyarakat secara luas,” tutur dia. [WLC02]
Sumber: Unair
Discussion about this post