“Acropora ini yang punya daya tahan terhadap kondisi di alam cukup bagus ya, kemudian pertumbuhannya per tahun itu 1 sampai 3 cm. Sebanyak 95 persen yang kami pasang ini berhasil,” papar dia.
Perwakilan mahasiswa KKN PPM UGM dari Kormater Agro, Kharisma Pundhi Rukmana mengatakan pemasangan 550 media transplantasi terumbu karang tersebt bekerja sama dengan pengelola Taman Nasional Bunaken selama kegiatan KKN.
Baca Juga: Anak Banteng Jantan Lahir di Taman Nasional Baluran
Meski dari pihak Balai Taman Nasional menggunakan metode spider, ia mencoba menggunakan model transplantasi terumbu karang dengan cara bio riftek. Dimana pelestarian terumbu karang menggunakan bahan alami, yaitu batok kelapa yang disusun secara bertingkat dengan menggunakan besi yang ditanam pada beton berbentuk persegi.
Ide ini muncul berawal saat pekan pertama melaksanakan KKN di Bunaken. Ia dan tim melakukan observasi ke seluruh pulau dan melihat potensi limbah batok kelapa yang cukup melimpah.
Baca Juga: Industri Batu Bara Sumatera Harus Beradaptasi Transisi Energi Berkelanjutan
“Jadi melihat potensi tersebut, kami coba berdayakan juga dengan masyarakat membuat bioriftek karena batok kelapa mudah didapat terus juga pengaplikasiannya mudah,” kata dia.
Pundi berharap apabila metode ini berhasil dikembangkan di Bunaken, masyarakat dapat mengembangkan sendiri karena sumber daya yang cukup banyak. Mekanismenya, bioriefteknya ditenggelamkan di dasar laut. Kemudian akan menarik substrat-substrat terumbu karang yang baru. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post