Wanaloka.com – Masyarakat diminta waspada atas potensi bahaya ikutan pascagempa Pasaman, Sumatera Barat pada 25 Februari 2022, pukul 08:39:29 WIB dengan magnitudo 6,2. Potensi bahaya yang dimaksud berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.
“Ada peluang terjadinya likuefaksi, khususnya di daerah dataran dan sedikit landai,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono yang dikutip dari laman esm.go.id, Sabtu, 26 Februari 2022.
Umumnya, kerentanan likuefaksi berskala sedang. Artinya, zona kerentanan yang dapat mengalami likuefaksi tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak. Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah, dan semburan pasir.
Baca Juga: Gempa Pasaman Barat, 8 Orang Meninggal Dunia, 6 Warga Diduga Tertimbun Longsor
Potensi tersebut berdasarkan hasil analisis sementara atas informasi media dan kondisi geologi di daerah Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman. Bahwa telah terjadi fenomena tanah bergerak akibat rentetan gempa darat di kawasan tersebut.
Badang Geologi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan mekanisme tanah bergerak yang telah terjadi. Eko mengatakan, fenomena likuefaksi berupa aliran yang dapat menyebabkan gerakan tanah atau tanah bergerak apabila beberapa persyaratan terpenuhi. Meliputi kondisi litologi penyusun, morfologi, muka air tanah dan gempa bumi sebagai pemicu terjadinya likuefaksi.
Discussion about this post