Wanaloka.com – Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), M. Saparis Soedarjanto menyampaikan laporan analisis kejadian banjir bandang di DAS Asahan Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara pada 1 Desember 2023 pukul 21.00 WIB. Bahwa penyebab banjir bandang berasosiasi dengan longsor itu karena curah hujan tinggi pada hulu Daerah Tangkapan Air (DTA) sebesar 41 mm/hari, sehingga menghasilkan debit aliran 20,3 m³/detik. Jumlah ini melebihi kapasitas pengaliran normal di angka 2,8 m³ per detik.
“Berdasarkan analisis yang kami lakukan, penyebab banjir adanya curah hujan tinggi, sementara kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir. Pendangkalan di alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran, sehingga luapan meningkat,” papar Saparis.
Kondisi tersebut diperparah dengan aliran Sungai Sibuni-buni yang meluap dengan debit limpasan melebihi kapasitas pengaliran. Aliran air membawa material berupa gravel (bongkahan batuan).
Baca Juga: Awan Panas Guguran Merapi Akibatkan Hujan Abu Basah di Boyolali dan Magelang
Batuan induk daerah tersebut berupa batu lempung yang tingkat konsolidasi materialnya rendah, sehingga mudah hancur dan bersifat lepas-lepas. Selanjutnya mengalami longsoran yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi.
Hasil pengamatan juga mendapatkan material yang terbawa banjir merupakan hasil longsoran tipe rock fall atau runtuhan. Proses longsor tipe rock fall ini juga menghasilkan materian endapan yang didominasi oleh gravel.
Kondisi tersebut sejalan dengan konfigurasi topografis DTA banjir dan jenis batuannya yang terdiri dari batu lempung yang mudah hancur dan bersifat lepas-lepas. Areal ini merupakan batuan sedimen hasil pengendapan berbeda periode. Selain itu, akibat proses litostatis, tekanan dari lapisan atasnya berupa endapan baru, misal abu volkani dari letusan Toba sehingga bentuknya pipih-pipih dan mudah hancur.
Baca Juga: Reklamasi Pascatambang untuk Lapangan Golf hingga Ternak Kambing
Wilayah DAS Asahan Toba di Sub Subdas Nambunga mempunyai luasan DTA 478,28 hektare. Area terdampak banjir merupakan daerah perladangan, pertanian, dan pemukiman yang berada di bagian hilir sungai. Secara administratif merupakan Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Analisis peta tutupan lahan menunjukkan DTA banjir terdiri dari pertanian lahan kering 320,64 ha, dan semak/belukar 157,64 ha. Kemudian dari tingkat lahan kritisnya berada dalam kondisi kritis 151,34 ha; agak kritis 133,96 ha; dan potensial kritis 192,99 ha. Sementara peta fungsi kawasan DTA banjir menunjukan areal berupa APL 379,88 ha; hutan lindung 95,31 ha; dan tubuh air 3,09 ha.
Adapun solusi yang perlu dilakukan ke depan antara lain pembuatan bangunan konservasi tanah dan air. Juga pelebaran dan pengerukan alur sungai disertai dengan rehabilitasi hutan dan lahan di lahan kritis di bagian hulunya. Selain itu, sosialisasi pemahaman konservasi tanah dan RHL serta tanggap bencana pada masyarakat juga penting untuk dilakukan.
Baca Juga: 75 Korban Erupsi Marapi Ditemukan, Proses Evakuasi Resmi Dihentikan
Antisipasi Banjir Bandang dengan Susur Sungai
Pakar manajemen air Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Agus Maryono mengingatkan masyarakat risiko banjir bandang awal musim penghujan. Langkah antisipasi secara sistematis perlu mulai dilakukan, termasuk salah satunya dengan menggerakkan berbagai elemen masyarakat untuk memeriksa timbunan material longsoran di sepanjang aliran sungai yang berpotensi terbawa arus deras sungai.
Discussion about this post