Wanaloka.com – Pertanian masa depan dituntut tidak hanya menyediakan pangan cukup, tetapi juga sehat. Di tengah perubahan iklim, degradasi lahan, dan kebutuhan efisiensi, inovasi teknologi menjadi jawaban penting.
Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan terobosan dengan menggabungkan inovasi biofertilizer atau pupuk hayati dengan dan teknologi drone spray. Kombinasi ini diyakini dapat diaplikasikan untuk pertanian masa depan untuk memperkuat ketahanan pangan di Indonesia.
Biofertilizer berbasis mikroba mampu meningkatkan penyerapan hara, memperkuat ketahanan tanaman, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Pemanfaatan biofertilizer yang dipadukan dengan drone sprayer adalah langkah nyata menuju pertanian presisi, yakni tepat dosis, waktu, dan sasaran.
“Dengan pendekatan ini, produksi pangan diharapkan lebih efisien sekaligus berkelanjutan,” ujar Plh. Kepala ORPP BRIN, Setiadi Marwanto dalam acara HortiActive seri ke-20 dengan tema “Inovasi Biofertilizer dengan Teknologi Drone Sprayer dalam Mewujudkan Pertanian Cerdas dan Presisi yang Ramah Lingkungan”, Rabu, 24 September 2025.
Baca juga: Kawasan Industri Modern Cikande Ditetapkan Menjadi Daerah Tercemar Radiasi Cesium-137
Kepala Pusat Riset Hortikultura, Dwinita Wikan Utami menambahkan biofertilizer menjadi alternatif ramah lingkungan karena memanfaatkan mikroorganisme alami. Pupuk hayati ini terbukti meningkatkan kesuburan tanah sekaligus mengurangi dampak negatif pupuk kimia.
Dengan dukungan teknologi drone, aplikasi biofertilizer bisa dilakukan lebih presisi dan hemat sumber daya.
“Perpaduan bioteknologi dan digitalisasi bukan hanya mengurangi biaya produksi, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan,” jelas dia.
Ekstrak rumput laut dan mikroba bawang merah
Peneliti Ahli Madya PR Hortikultura, Erny Yuniarti memaparkan hasil riset mengenai kombinasi biostimulan berbasis ekstrak rumput laut dengan mikroba rizosfer bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tantangan produktivitas bawang merah yang merupakan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi yang kerap terkendala iklim, hama, dan budidaya yang belum optimal.
Baca juga: Penderita Pikun Bertambah, Belum Ada Obatnya Tapi Ada Pencegahannya







Discussion about this post