Namun metode TMC tanpa hujan tersebut memerlukan persiapan matang. Diakui Budi, saat ini pihaknya belum siap menerapkan karena masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat.
“Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hypoksia,” ungkap Budi.
Alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan adalah menggunakan kapur tohor. Bedanya, kalau dry ice mengkondisikan udara agar menjadi lebih dingin, sementara kapur tohor mengkondisikan udara menjadi lebih panas.
Baca Juga: Sesar Dasar Laut Sumber Gempa Pacitan 5,0 Magnitudo
“Tapi prinsipnya sama, mengkondisikan suhu di lapisan isotherm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer,” jelas Budi.
Peluang Berat Musim Kemarau
Peluang untuk melakukan TMC, menurut Andri masih terbuka. Namun peluang tersebut cukup berat untuk dilakukan dengan melihat kondisi musim kemarau yang minim awan kumulus yang menjadi target untuk ditaburkan NaCl atau garam.
RH (Relatif Humidity) lapisan atas kering dan CAPE (convective available potential energy) rendah. Dari hasil pemodelan atmosfer selama dua hari ke depan ada peluang hujan di Bogor dan Tangerang Selatan.
Baca Juga: Dwikorita: Yang Ditakutkan Penduduk Bumi adalah Perubahan Iklim dan Dampaknya
“Harapannya, angin akan membawa awan bergerak ke arah Jakarta. Karena modifikasi cuaca tidak bisa menggeser awan, tetapi bisa memperluas area cakupan hujan,” papar Andri.
Sedangkan potensi cuaca di wilayah Jabar bagian utara, termasuk Indramayu, Kerawang, Kabupaten Bekasi masih kering hingga 25 Agustus. Langkah TMC merupakan bagian dari upaya Pemerintah dalam meningkatkan kualitas udara dan mengurangi polusi di wilayah tersebut. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post