Kondisi DAS kritis di Indonesia menjadi topik bahasan utama pada sarasehan Hari Kesiapsiagaan Bencana bertajuk Ketangguhan Komunitas Daerah Aliran Sungai di Pendopo Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Selasa, 16 Mei 2023, yang dihadiri sejumlah komunitas DAS di Tanah Air.
Usman Firdaus dari komunitas DAS Ciliwung, Jakarta, menyatakan, pengelolaan sungai wajib dilakukan dari hulu sampai hilir secara menyeluruh, tidak boleh dikelola sebagian saja.
Selain itu, menurutnya, meningkatkan sosialisasi kesadaran dan budaya untuk tidak membuang sampah ke area sungai.
Baca Juga: Dampak Siklon Mocha, Utara Indonesia Alami Kekeringan
Dari komunitas DAS Tukad Bindu, Bali, I Gusti Rai Ari Temaja mengungkapkan, nilai adat dan masyarakat yang selalu berkesinambungan dapat membuat Sungai Tukad Bindu mampu menggerakan masyarakat setingkat RW dalam mengelola sampahnya masing-masing dan menjaga kejernihan sungai.
Sementara itu, Vivi Norvika Hariyantini dari Komunitas DAS Kapuas, Kalimantan Barat, menekankan kolaborasi bersama generasi muda untuk menciptakan semangat dan inovasi baru dalam menjaga kelestarian sungai tanpa melupakan kearifan lokal daerah.
Guna mengembalikan dan memperkuat sungai sebagai sumber peradaban bangsa, dibutuhkan aksi kolektif yang melibatkan kolaborasi dan konektifitas antar sektor, adaptasi melalui edukasi dan pengetahuan, nilai adat yang memperkuat ekosistem sungai serta kehidupan maupun penghidupan masyarakat dapat terus berlanjut serta pelibatan disabilitas dan kesetaraan gender untuk memperkuat ketangguhan berkelanjutan. [WLC01]
Discussion about this post