Wanaloka.com – Ada dua jenis kain tradisional khas Jawa, yaitu batik dan lurik. Dari sisi ketenaran, kain lurik tak semendunia kain batik. Salah satu perbedaan khasnya terlihat pada corak kainnya.
Lurik berasal dari bahasa Jawa lorek atau larik yang artinya garis. Sesuai namanya, kain lurik bercorak garis-garis. Corak itu melambangkan kesederhanaan, kejujuran, pengarahan, kebijaksanaan dalam berpikir, bahkan kekuatan.
“Lurus dan kuat seperti garis,” kata Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Afif Ghurub Bestari pada Agustus 2022.
Baca Juga: Penting, Pertolongan Pertama Psikologi Penyintas Pasca Bencana
Tidak hanya itu, ternyata setiap ukuran garis, warna dan corak juga mengisyaratkan kedalaman selera dan pola pikir masyarakat Jawa. Awalnya, kain lurik yang dihasilkan dari proses menenun menjadi bahan pakaian bagi masyarakat Jawa, yakni masyarakat awam.
Selain itu, kain lurik juga digunakan sebagai selendang, baik sebagai kemben (kain penutup dada untuk perempuan yang dikenakan dengan cara dililitkan), maupun sebagai alat untuk membawa (menggendong suatu benda atau anak dengan menempelkan kain lurik pada bahu).
Baca Juga: Fans Kpop Ajak Pemimpin Dunia Komitmen Lindungi Hutan, Bukan Memusnahkan
Kehadiran kain lurik sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satu buktinya berupa penggambaran kain lurik pada relief candi Borobudur. Selain itu, terdapat pula Prasasti Raja Erlangga di Jawa Timur. Prasasti tersebut menyebutkan, bahwa kain Tuluh Watu merupakan salah satu nama dari kain lurik, yaitu kain dengan motif sederhana juga dipercaya sebagai simbol harapan, nasehat dan kekuatan. Lantaran itulah, kain lurik juga dikaitkan dengan makna pengobatan dan penyembuhan. Tak heran, banyak penjual jamu yang menggunakan atau memakai kain lurik pada masa itu.
Apa sajakah motif kain lurik di Yogyakarta?
Pertama, salah satu yang dikenal adalah kain lurik motif Udan Liris. Dalam bahasa Jawa, udan liris berarti hujan gerimis. Garis-garis yang terdapat pada motif lurik tidak sama ketebalannya. Ada bagian-bagian tertentu yang samar-samar menghilang. Begitu juga dengan jatuhnya rintik hujan. Sama seperti hujan yang diharapkan turun di lahan pertanian, motif ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Baca Juga: Tiga Gempa Guncang Garut Malam Ini
Kedua, motif Kluwung memiliki garis-garis lebar berbagai warna. Lurik ini dipercaya sebagai repellant (penolak bahaya) atau untuk meminimalisir aura negatif, sehingga muncul aura positif.
Ketiga, motif Sapit Urang yang merupakan simbol taktik pertempuran. Kain lurik motif itu sering digunakan untuk pakaian tentara. Garis geometris lurus kanan dan kiri diharapkan menjadi fokus pada gawang.
Discussion about this post