Rumah pendidikan, penelitian, dan wisata
Kotagede yang merupakan bekas ibu kota kerajaan Mataram Islam pada abad 15 memang dikenal mewakili saujana Jawa yang ideal dan menawarkan karakter yang unik. Gempa 2006 dengan kekuatan 5.9 SR berpengaruh pada bangunan tua di Kotagede yang tak mampu menahan dikarenakan material dominan kayu dan termakan usia.
Pascagempa, secara bertahap proses pemulihan di Kotagede dilakukan. Banyak pihak yang ikut serta mulai dari masyarakat setempat, pelestari, pemerintah, hingga donatur swasta lokal dan internasional. Rumah berusia hampir 200 tahun yang kini menjadi Omah UGM merupakan salah satu bangunan tua yang mampu bertahan terhadap gempa meski mengalami sejumlah kerusakan.
Baca Juga: Baboe Mengalami Diskriminasi Sekaligus Diperlakukan Sama oleh Keluarga Kolonial
Omah UGM menjadi pusat gerakan pelestarian budaya UGM dan pusat pelatihan mitigasi bencana pada cagar budaya. Selain itu juga digunakan untuk aktivitas perkuliahan dan penelitian Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM. Mengingat fungsinya sebagai media pembelajaran pelestarian pusaka, termasuk pengelolaan risiko bencana untuk pusaka berbasis 3K. Serta menjadi materi tugas studio mahasiswa terkait olah desain arsitektur pusaka.
“Omah UGM menjadi rumah bagi gerakan baru konservasi cagar budaya di Jogja, juga di Indonesia,” imbuh Sita.
Selain untuk peneletianpenelitian, rumah itu juga banyak dikunjungi pelajar, wisatawan, atau masyarakat pada umumnya untuk kegiatan edukasi, wisata, ataupun produksi foto dan video. Wajah bangunan yang khas beserta barang-barang antik yang tersimpan rapi di dalamnya menjadikan Omah UGM lokasi yang menarik untuk dikunjungi berbagai kalangan. [WLC02]
Discussion about this post