Selain sumber protein alternatif, usal juga dapat dimanfaatkan menjadi produk ekonomi kreatif bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.
“Kami telah melakukan inovasi teknologi dengan mengalengkan daging usal ini supaya dapat disimpan lama dan dapat dikirim ke tempat lain di luar Gunungkidul,” ujar Djoko.
Harapannya, selain sebagai alternatif sumber protein hewani, produk olahan usal yang sudah dikalengkan dapat dijadikan oleh-oleh atau buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunungkidul. Sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Nuraini Hanifa, Sebagian Besar Gempa Megathrust di Sepanjang Sumatera
Pelestarian usal
Terkait pengelolaan sumber daya siput usal, menurut Djoko, keberadaan usal harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga populasi usal di alam.
Langkah berikutnya adalah membuat batasan jumlah maksimal yang harus dipanen, serta batas usia atau ukuran yang boleh ditangkap.
“Masyarakat hendaknya menangkap usal yang sudah dewasa atau sudah bereproduksi agar bisa melepaskan keturunannya terlebih dahulu ke alam, sehingga populasinya akan terus terjaga,” papar dia.
Baca Juga: Ada Rahasia Karst dan Gua di Banggai Sulawesi Tengah yang Baru Terungkap
Faktor lingkungan perairan yang bersih dan tidak tercemar juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup siput usal.
Upaya terakhir adalah dengan restocking atau melepas benih usal ke habitatnya di alam (perairan pantai Gunungkidul). Proses itu tidak membutuhkan perawatan ekstra. Dalam waktu dua tahun, siput usal yang dilepas tadi akan tumbuh dengan sendirinya, sehingga masyarakat pesisir dapat memanennya. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post