Wanaloka.com – Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, mikroplastik atau partikel plastik berukuran sangat kecil itu tak hanya ditemukan di laut atau makanan, tapi juga di air hujan. Mikroplastik telah terbawa angin dan turun bersama air hujan di wilayah Jakarta.
Meski demikian, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, keberadaan mikroplastik dalam air hujan tidak berarti air hujan berbahaya langsung bagi kesehatan.
“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji.
Baca juga: Masyarakat Sipil Tolak AZEC, Solusi Palsu Perpanjang Ketergantungan Energi Fosil
Ia mendasarkan pada beberapa penelitian, bahwa manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama. Pertama, melalui makanan dan minuman, seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan. Kedua, melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.
Beberapa studi menunjukkan paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel pada mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.
Meski begitu, para ahli menegaskan hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu. Tingkat paparan pada populasi umum masih rendah dan terus menjadi fokus penelitian.
Baca juga: Ubi Kayu Berpotensi Jadi Pengganti Tepung Terigu Impor
Langkah pencegahan, Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik. Selain itu menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan.







Discussion about this post