Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca sebelum berpergian selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Langkah ini penting untuk mengantisipatif potensi cuaca ekstrem yang melanda di sejumlah wilayah Indonesia, baik potensi banjir, tanah longsor, dan gangguan lalu lintas. Cuaca ekstrem berpotensi menganggu kelancaran arus transportasi seluruh moda.
Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan, diprediksi ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Nataru 2024/2025. Mayoritas pelaku perjalanan tersebut menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya.
Hal tersebut disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati daam rapat bersama para pemangku kepentingan lainnya dan Komisi V DPR RI membahas progres kesiapan menghadapi arus mudik dan wisata yang bertepatan puncak cuaca ekstrem selama berlangsungnya libur Nataru.
Baca Juga: Puluhan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi Terdampak Banjir dan Longsor
Wilayah Sumatera dan Jawa yang diprediksi akan mengalami mobilitas tinggi selama Nataru, berada dalam kondisi yang rentan terhadap cuaca ekstrem. Mengingat puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa terjadi pada Desember akhir. Sebagian wilayah tersebut juga mengalami puncak musim hujan pada Januari 2025.
Wilayah Jawa bagian tengah hingga pesisir utara diperkirakan akan mengalami puncak hujan pada Januari 2025. Sementara intensitas hujan diprakirakan meningkat 20 persen dibandingkan kondisi normal akibat fenomena La Nina lemah.
“Artinya, selama mudik Nataru, sejak posko dimulai tanggal 18 Desember sampai 5 Januari, kebetulan berada pada menuju puncak musim hujan di sebagian wilayah, ” terang Dwikorita di DPR Senayan, Jakarta, Kamis, 4 Desember 2024.
Baca Juga: Pelepasliaran Kasuari Selatan di Hutan Keramat Masyarakat Adat Papua
Selain faktor La Nina lemah, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi cold surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Nataru ini.
Kedua fenomena ini memiliki potensi untuk meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut. BMKG terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.
Pembaruan info 3 jam sebelum cuaca ekstrem
Pembaruan informasi cuaca berkala diperlukan sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan ke luar kota maupun saat mengunjungi berbagai destinasi wisata.
Baca Juga: Ketebalan ‘Salju Abadi’ Jayawijaya 32 Meter Tahun 2010, Kini Tinggal 4 Meter
“Musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi,” imbuh dia.
Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Ia meminta masyarakat yang berencana melakukan perjalanan terus memantau informasi cuaca terkini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan selama perjalanan. Salah satunya melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui secara berkala.
“Peringatan dini cuaca akan disampaikan sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian. Bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem,” kata Dwikorita.
Baca Juga: Ada Terowongan untuk Lintasan Satwa Liar di Tol Akses IKN
Discussion about this post