Wanaloka.com – Peneliti Fakultas Peternakan UGM, Prof. Nafiatul Umami bersama tim telah berhasil mengembangkan rumput Gama Umami (Pennisetum purpureum) yang merupakan hasil mutasi dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang diradiasi dengan sinar gamma. Selain cocok untuk ternak, rumput jenis ini juga memiliki keunggulan produksi yang lebih tinggi dibanding rumput gajah lokal. Masa panen pun mencapai enam kali dalam setahun.
“Rumput Gama Umami memiliki produksi biomassa lebih tinggi, kandungan gula mereduksi lebih tinggi,” jelas Nafiatul saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar berjudul Inovasi Bioteknologi Dalam Pengembangan Hijauan Pakan Ternak di Indonesia, di Balai Senat UGM, Selasa, 8 Agustus 2023.
Nafiatul menjelaskan pengembangan hijauan pakan ternak melalui inovasi berbasis teknologi itu dilatarbelakagi ada sejumlah kekurangan yang dimiliki rumput tropik. Seperti perbanyakan sebagian rumput hanya dapat dilakukan secara vegetatif karena tidak ada biji, sifat reproduksi melalui apomiksis (reproduksi nonseksual pada tumbuhan yang menghasilkan biji), dan level ploidi (himpunan kromosom) yang bervariasi dalam spesies.
Baca Juga: 68 Ribu Hektare Hutan di Gunung Mas Kalteng Ditetapkan Kawasan Hutan Adat
Kurangnya variasi genetik rumput tropik memerlukan perbanyakan rumput tropis secara vegetatif. Keterbatasan dalam produksi massal bisa terjadi karena perbanyakan secara vegetatif membutuhkan waktu lebih lama untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.
“Sulit menggunakan teknik pemuliaan konvensional dengan metode crossing (persilangan). Perlu strategi khusus dan kombinasi beberapa metode pemuliaan,” papar Nafiatul.
Mutasi dengan sinar gamma dapat menyebabkan perubahan karakteristik fenotipe tanaman, seperti bentuk, warna, ukuran, atau sifat lainnya. Beberapa mutasi yang dihasilkan dapat meningkatkan produktivitas, ketahanan terhadap penyakit, atau adaptasi terhadap kondisi lingkungan tertentu.
Baca Juga: Dewi Sukma: Persilangan Solusi Pemenuhan Pasar Anggrek Indonesia
“Rumput ini adalah hasil dari radiasi sinar gamma yang dilakukan dengan penyinaran 100 Gy,” ungkap Nafiatul.
Discussion about this post