Wanaloka.com – Dalam tiga dekade (30 tahun) mendatang, populasi Indonesia diproyeksi meningkat hingga 335 juta orang. Permintaan listrik diperkirakan tumbuh setidaknya lima kali lipat menjadi lebih dari 1.700 Terawatt jam (TWh) dari saat ini.
Untuk memenuhi permintaan itu, laporan bersama International Energy Agency (Irena) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diterbitkan pada 21 Oktober 2022 memberikan rekomendasi. Yakni meningkatkan pemanfaatan sumber daya utama yang terbarukan atau energi terbarukan, seperti surya, bioenergi, panas bumi.
“Dan itu lebih menghemat biaya ketimbang masih bergantung pada bahan bakar fosil,” kata Direktur Jenderal Irena, Francesco La Camera dalam siaran pers yang diterima Wanaloka.com, 22 Oktober 2022.
Baca Juga: Dampak Gerakan Tanah di Blitar, 165 Warga Mengungsi
Upaya tersebut sekaligus tetap menempatkan Indonesia pada jalur menuju net-zero emissions dengan biaya lebih rendah daripada alternatif yang ada.
“Asalkan pemerintah menerapkan langkah-langkah yang direkomendasikan dalam Outlook. Dan mendapat dukungan internasional yang dibutuhkan,” imbuh Francesco La Camera.
Berdasarkan Outlook, hingga 2050 dalam skenario rencana energi, Indonesia membelanjakan USD 10,7 triliun untuk sistem energi. Sementara dengan skenario 1,5 derajat (1,5-S), negara hanya akan menghabiskan USD 10,1 hingga USD 10,3 triliun. Perlu perencanaan sistem energi di jalur 1,5 derajat keseluruhan secara lebih murah, sehingga menghemat antara USD 400 miliar hingga USD 600 miliar secara kumulatif sampai 2050.
Baca Juga: Skema Mitigasi Bencana Gunung Api Perlu Kolaborasi dan Alat Canggih
Discussion about this post