Wanaloka.com – Hidup di negara yang rawan terhadap bencana geologi, salah satunya akibat letusan gunung api, menempatkan mitigasi menjadi upaya penting untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan. Bagi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mitigasi merupakan hasil survei dan kajian mendalam dalam bentuk regulasi serta rekomendasi yang akan ditindaklanjuti oleh pihak berwenang lainnya. Dan PVMB dituntut terus mengembangkan model mitigasi agar semakin mutakhir dengan ditunjang peralatan dan metode analisis modern.
Rencana ini direalisasikan pemerintah dengan menargetkan perbaikan sistem monitoring menggunakan alat-alat terbaru. Sudah harus terpasang di semua titik pengamatan hingga 2024 nanti.
“Kami lebih concern ke proses yang sedang berlangsung. Bagaimana proses ini kami gabungkan dengan data yang ada sehingga menambah pengetahuan tentang geologi dan gunung api. Ujung-ujungnya untuk tujuan mitigasi dan memberi solusi kepada masyarakat serta instansi lain yang memerlukan,” papar Kepala PVMBG Hendra Gunawan saat menyampaikan materi kuliah tamu GL5002 Capita Selecta Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) bertema “Modernization of Volcano Mitigation in Indonesia” pada 20 Oktober 2022.
Baca Juga: Indonesia Jadi Pusat Koordinasi ASEAN Pengendalian Pencemaran Asap
Selain peralatan, mitigasi bencana gunung api juga diwujudkan berupa peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang diperbarui setiap lima tahun sekali oleh PVMBG. Peta KRB menunjukkan derajat kerawanan tiap daerah berdasarkan hasil analisis dan overlay komponen-komponen penyusun risiko bencana gunung api.
Upaya mitigasi harus dibarengi dengan mitigasi komunitas lewat peningkatan kapasitas masyarakat. Bahkan kini, masyarakat yang menyadari hadirnya bahaya dengan sendirinya menghindari bahaya itu.
“Jadi kalau dulu penanganan kebencanaan secara umum adalah reaktif, sekarang lebih ke preventif,” kata Hendra.
Baca Juga: Kondisi Atmosfer 2023 Labil, Waspada Banjir Bandang dan Kekeringan
Discussion about this post