Outlook juga mengungkapkan, dalam 1,5-S, biaya bahan bakar dan listrik yang digunakan semua sektor penggunaan akhir mencapai lebih dari USD 7 triliun untuk periode hingga 2050. Angka ini setara dengan 69 persen dari total biaya sistem energi. Di dalam Outlook ini, terdapat tiga skenario dekarbonisasi untuk sistem energi Indonesia yang keseluruhan skenario menghasilkan total biaya sistem energi yang lebih rendah dibanding skenario energi yang direncanakan pemerintah.
Mengurangi Biaya Eksternalitas
Temuan lain yang terungkap dari Outlook adalah transisi dari bahan bakar fosil membantu mengurangi biaya eksternalitas terkait dengan polusi udara dan perubahan iklim. Dengan skenario 1,5 derajat, biaya eksternalitas tahunan yang dapat dihindari antara USD 200 miliar hingga USD 635 miliar. Artinya, Indonesia berpotensi menghemat antara USD 20 miliar dan USD 38 miliar per tahun atau sekitar 2 – 4 persen dari PDB saat ini apabil bertransisi ke jalur dekarbonisasi pada pertengahan abad.
Baca Juga: Indonesia Jadi Pusat Koordinasi ASEAN Pengendalian Pencemaran Asap
Untuk merealisasikan penghematan, Outlook merekomendasikan beberapa tindakan yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Beberapa di antaranya diklasifikasi dalam kerangka regulasi dan hukum. Pertama, melanjutkan perampingan proses pengadaan energi terbarukan. Kedua, mengembangkan kerangka peraturan yang jelas dengan lelang energi terbarukan yang efektif dan mekanisme feed in tariff (FiT) yang berfungsi dengan baik.
Ketiga, mengembangkan solusi untuk menciptakan pasar energi terbarukan yang terdistribusi seperti membuat mekanisme renumerasi yang menarik bagi konsumen, memungkinkan partisipasi investor swasta di pasar mini dan off-grid. Keempat, mengatasi hambatan regulasi dan pasar dalam PPA, seperti meninjau syarat dan ketentuan PPA energi terbarukan saat ini demi mengatasi kekhawatiran investor. Dua rekomendasi ini terkait regulasi dan hukum.
Baca Juga: Kondisi Atmosfer 2023 Labil, Waspada Banjir Bandang dan Kekeringan
La Camera menegaskan, Indonesia mendapat berkah sumber daya energi terbarukan yang melimpah, sehingga memiliki posisi unik untuk mengembangkan sistem energi berkelanjutan yang dapat mendukung pembangunan sosial-ekonomi. Juga mengatasi perubahan iklim, sekaligus mencapai ketahanan dan ketahanan energi.
“Transisi energi sangat penting bagi Indonesia. Kami berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dan berjanji mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat,” kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif. [WLC02]
Discussion about this post