Wanaloka.com – Kasuari selatan yang dikenal juga dengan sebutan kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius) termasuk spesies yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Satwa endemik Papua ini terbilang masyhur dan telah banyak mendapatkan ulasan dari para ahli.
Spesies yang memiliki rentang generasi 12,5 tahun ini telah dinilai International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 9 Agustus 2018 dan masuk dalam kategori Least Concern/LC (risiko rendah). Saat ini, kasuari selatan tidak terdaftar dalam Lampiran Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Meski demikian, status perlindungan kasuari selatan di Indonesia adalah mutlak.
Sebagai upaya perlindungan dan pelestarian kasuari selatan di habitat alaminya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan tiga individu kasuari selatan di sekitar Hutan Tinaruma, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Dua individu kasuari berasal dari Jayapura yang ditranslokasi pada 9 November 2024. Satu individu lainnya merupakan penyerahan dari Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Papua Tengah.
Baca Juga: Ketebalan ‘Salju Abadi’ Jayawijaya 32 Meter Tahun 2010, Kini Tinggal 4 Meter
Pelepasliaran berlangsung Sabtu, 30 November 2024 yang dilaksanakan Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Timika bersama PT. Freeport Indonesia, Yayasan Hutan Biru, Pemerintah Kampung Kamora, dan Kelompok Jaga Hutan Mioko.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Timika, Bambang H. Lakuy menjelaskan ada tiga alasan Hutan Tinaruma menjadi lokasi pelepasliaran.
Pertama, kesesuaian habitat. Berdasarkan hasil identifikasi potensi tumbuhan dan satwa liar di Hutan Tinaruma pada tahun 2024, dijumpai jejak kasuari selatan yang berkaki raksasa.
Baca Juga: Ada Terowongan untuk Lintasan Satwa Liar di Tol Akses IKN
“Artinya, dapat dipastikan bahwa Hutan Tinaruma adalah habitat kasuari Selatan,” kata Bambang.
Kedua, ketersediaan pakan alami. Kondisi Hutan Tinaruma sangat heterogeny, sehingga dapat menjamin kesejahteraan satwa dengan pilihan pakan alami yang beragam.
Ketiga, keamanan dari gangguan manusia. Hutan Tinaruma dikeramatkan masyarakat adat setempat sehingga mereka tidak melakukan aktivitas di sana. Kearifan lokal terkait hutan keramat yang berkembang di kalangan masyarakat Papua secara umum dapat menjadi benteng yang kuat untuk menjaga kelestarian satwa liar dan habitatnya.
Baca Juga: Gunung Ibu Erupsi, Gunung Marapi Jadi Waspada
“Kami semua berharap satwa yang pulang ke habitat alaminya dapat berkembang biak, lestari, dan memerankan tugasnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Tiga satwa ini sudah mendapatkan pemeriksaan, semua dalam kondisi sehat, dan siap dilepasliarkan,” ucap Bambang.
Sementara Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua, A.G. Martana menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam kegiatan lepas liar ini.
“Kerja sama yang baik ini semoga berdampak baik pula bagi kelestarian alam Papua sampai jauh ke masa depan,” harap Martana.
Baca Juga: Eksplorasi Rafflesia Terkecil hingga Burung Enggang di TWA Danau Sicike cike
Pelepasliaran satwa ini dihadiri sejumlah pihak, antara lain, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Mimika, KPHL Wilayah VI Mimika, Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan Papua Tengah, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Balai Taman Nasional Lorentz, pemerintah terkait, serta para mitra konservasi di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Teliti populasi burung paruh bengkok
Dua orang mahasiswa program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dudi Nandika dan Dwi Agustina mengikuti Ornithological Conference pada 14 -17 November lalu di Beijing, China. Konferensi ini merupakan ajang peningkatan pertukaran akademik antar negara dikawasan Asia, mempromosikan penelitian dan konservasi di bidang ornithology, yakni studi tentang fisiologi, evolusi dan perilaku burung.
Keduanya mendapat penghargaan dalam konferensi yang dihadiri 528 delegasi dari 39 negara terdiri dari 76 universitas, 37 lembaga penelitian.
Baca Juga: BMKG dan Kementerian PU Bahas Antisipasi Gempa Megathrust hingga Cuaca Ekstrem Libur Nataru
Discussion about this post