Selain Alzheimer, jenis demensia terbanyak kedua adalah demensia vaskular yang berhubungan dengan gangguan pembuluh darah di otak. Salah satunya akibat stroke.
Yeni menambahkan, demensia Alzheimer umumnya muncul pada usia di atas 65 tahun, dengan prevalensi lebih tinggi di negara maju. Penyebab utamanya adalah penumpukan protein abnormal di otak, yaitu beta amyloid. Pada kasus tertentu, mutasi gen dapat memicu early onset Alzheimer atau demensia dini sebelum usia 65 tahun.
Gejalanya meliputi penurunan fungsi kognitif yang didahului penurunan daya ingat berat. Akhirnya, seluruh fungsi intelektual pasien terganggu hingga kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Alzheimer umumnya muncul perlahan dan bertambah berat seiring usia.
Baca juga: Inovasi Riset Pangan Lokal Lewat Padi Gamagora 7 dan Pandanwangi Cianjur
Belum ada obat Alzheimer
Untuk mencegah dan menghindari penyakit demensia ini, Probo mengajak masyarakat terutama lansia untuk selalu menjaga kesehatan otak dengan banyak membaca, mendengarkan, menulis, dan menerangkan supaya melatih otak dengan repetisi sehingga muncul stimulasi intelektual.
Asupan dalam mengonsumsi makanan bergizi, kaya antioksidan, sayur, buah, serta cukup minum air sangat diperlukan.
“Catatan untuk jeruk, lebih baik dimakan dengan seratnya yang berwarna putih karena membantu menurunkan lemak jahat,” ungkap dia.
Yang tidak kalah penting, adalah selalu menjaga aktivitas spiritual seperti sholat, puasa, dan sedekah sehingga dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Menyalurkan kegiatan dan hobi di bidang seni sangat membantu, seperti halnya menyanyi, menulis puisi, berolahraga seni bela diri, hingga aktif kegiatan sosial.
Baca juga: Klaim Ramah Lingkungan, Anggota Komisi XII DPR dan Pakar Ingatkan Risiko Energi Panas Bumi
Supaya menjaga kadar gula darah tetap normal diminta untuk rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki atau bersepeda. Di samping itu, selalu mengontrol tekanan darah dan berat badan dengan mengatur pola makanan yang sehat.
“Sulitnya itu ya mengurangi konsumsi santan, gorengan, dan tepung, tapi ini sangat penting dilakukan,” pungkas dia.
Hingga kini belum ada terapi atau pengobatan yang mampu menyembuhkan Alzheimer, jenis demensia terbanyak di dunia. Namun menurut Yeni, risiko penyakit ini dapat ditekan melalui pola hidup sehat, seperti tetap aktif bergerak, mengelola stres, menghindari rokok dan alkohol, serta mengontrol faktor risiko vaskular seperti diabetes dan hipertensi.
“Gaya hidup sehat adalah langkah nyata untuk menurunkan risiko demensia Alzheimer. Pencegahan jauh lebih baik daripada menunggu saat fungsi kognitif sudah menurun,” pesan Yeni. [WLC02]
Sumber: UGM, IPB University







Discussion about this post