“Jadi kebijakan pertanian harus lebih berpihak kepada petani. Tidak hanya terjebak dalam birokrasi yang menghambat inovasi di lapangan,” kata Suryo.
Ia mengajak para pemangku kepentingan untuk bersinergi dalam menciptakan sistem pertanian yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Wakil Rektor IPB University Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, Prof. Ernan Rustiadi menyebut petani di Indonesia merupakan pelaku utama dalam sistem produksi pangan di Indonesia. Berbeda dengan negara lain yang lebih bergantung pada agribisnis skala besar.
Baca juga: Tyto alba, Predator Alami Penyeimbang Ekosistem yang Tak Dilindungi
“Petani harus berperan sebagai subjek dalam kebijakan pangan, bukan hanya sebagai objek,” kata Ernan.
Ia juga menekankan pentingnya pemberian imbal jasa yang adil kepada petani agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Moderator webinar, Said Abdullah menegaskan bahwa swasembada pangan tidak hanya berbicara tentang peningkatan produksi. Melainkan juga mencakup aspek kedaulatan petani kecil yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Anggota Komisi IV DPR Usul Pusat Dapat 50 Persen Pendapatan TWA Pulau Weh
Dari 28 juta keluarga petani di Indonesia, sekitar 14 juta di antaranya merupakan petani skala kecil.
“Kebijakan yang berpihak pada petani kecil menjadi kunci mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan,” tegas dia.
Kepala TNC IPB University, Prof. Hermanu Triwidodo juga menegaskan pentingnya diversifikasi pangan dengan menekankan bahwa swasembada pangan tidak hanya bertumpu pada beras. Namun juga pada komoditas lain, seperti sorgum dan padi gogo. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post