Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail menambahkan, cofiring juga bermanfaat dari sisi ekonomi. Hutan produksi, lahan reklamasi, lahan-lahan tidur yang tidak produktif, hingga lahan-lahan kritis atau terdegradasi dapat dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman yang menjadi bahan baku biomassa.
PTBA bertransformasi dari perusahaan pertambangan batu bara menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.
“Saat ini, kami berpartisipasi mendorong percepatan transisi energi melalui Program Kemitraan Pengusahaan Biomassa dan Batubara di Sumatera Selatan,” kata Arsal.
Terkait rehabilitasi mangrove, Nani menjelaskan pencetus target 600 ribu hektare lahan mangrove adalah Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar. Rehabilitasi bukan hanya menanam, tapi juga menjaga ekosistem mangrove atau upaya konservasi.
Baca Juga: Gempa Dangkal Hari Ini Guncang Tarutung, Cianjur dan Seram Bagian Barat
“Kami juga sudah memetakan lahan yang berpotensi untuk mangrove. Keuntungannya bukan hanya upaya mitigasi (penyimpan karbon), tapi juga ada nilai ekonomi dari karbon kredit,” terang Nani.
Nani juga meminta masukan soal bagaimana mengakselerasi untuk rehabilitasi mangrove yang akan dimaksimalkan hingga akhir 2024. Kemudian akan berkelanjutan sampai 2030 terkat target NDC.
“Saya mengajak, mari sama-sama berkolaborasi secara efektif dan efisien untuk percepatan transisi energi bersih dan percepatan pencapaian target rehabilitasi mangrove nasional 2024,” ajak Arsal. [WLC02]
Sumber: Kemenko Marves
Discussion about this post