Wanaloka.com – Dua perempuan pendaki, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya akan berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di Puncak Cartens, dekat Timika, Papua. Rombongan ini sudah mencapai summit Puncak Cartenz setinggi 4884 mdpl itu pada Kamis 27 Februari.
“Perlu dua hari buat turun, mencapai Lembah Kuning. Lilie dan Elsa collapse, meninggal dunia,” demikian cuitan jurnalis Andreas Harsono dalam akun X-nya, Sabtu, 2 Maret 2025.
Jenasah keduanya berada di Lembah Kuning. Jenasah Elsa lebih dulu dievakuasi dana tiba di Timika. Jenazah Lilie dievakuasi ke rumah sakit pada 3 Maret 2025. Selain Lilie dan Elsa, tiga pendaki lainnya juga terkena hipotermia.
Baca juga: Varietas Padi untuk Lahan Rawa dan Kering di Luar Jawa Lewat Pemuliaan Tanaman
“Kesehatan mereka sudah membaik dan menunggu evakuasi,” imbuh Andreas.
Berdasarkan kronologi yang disusun, ketiga pendaki yang semunya Warga Negara Indonesia (WNI) itu mengalami hipotermia akibat cuaca buruk. Hujan salju turun disertai hujan deras dan angin kencang.
Lilie dan Elsa diketahui meninggal di Teras Dua, saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat cuaca buruk. Sedangkan tiga pendaki lainnya yang selamat, yakni Indira Alaika, Alvin Reggy dan Saroni sempat terjebak cuaca buruk sehingga terpaksa bermalam di area Summit Ridge di dekat puncak. Sembari menunggu tim rescue tiba esok harinya.
Baca juga: Ambil Sampel di SPBU Jabodetabek, Lemigas Klaim Kualitas BBM Sesuai Standar
Dua rombongan korban
Berdasarkan keterangan kronologi dari tautan Google Doc yang beredar lewat X, Lilie, Elsa, Saroni dan Lody Hidayanto diketahui berangkat dari Bandara Moses Kilangin, Timika, Rabu, 26 Februari 2025 pukul 07.16 WIT. Mereka menuju Base Camp Yellow Valley Cartensz Pyramid dengan menggunakan helikopter.
Kemudian pukul 07.34 WIY, rombongan kedua menyusul dari Bandara Moses Kilangin. Mereka adalah Musisi Fiersa Besari, Furki Rahmi Syahroni dan Indira Alaika.
Di base camp, mereka melakukan aklimatisasi selama dua hari. Dilanjutkan latihan teknis berupa teknik ascending dan descending hingga di Teras Satu pada 27 Februari 2025.
Baca juga: Etty Riani, Kontaminasi Mikroplastik di Perairan di Indonesia Belum Bisa Disebut Pencemaran
Rombongan pendaki tersebut berjumlah 20 orang, meliputi 5 pemandu, 7 pendaki WNI, 6 pendaki WNA, 2 pendaki Taman Nasional Lorentsz. Mereka berangkat untuk melakukan summit dari base camp ke Puncak Cartensz pada pukul 04.00 WIT.
Pukul 10.51 WIT, mereka melakukan penyeberangan di jembatan Tyrollean. Pukul 14.00 WIT, pendaki terakhir mencapai Puncak Cartensz. Sayangnya, baterai pesawat handy talkie,sehingga komunikasi terputus.
Pukul 19.30 WIT, Rusaln dan Abdullah yang sudah turun lebih awal menyampaikan, bahwa semua pendaki sudah summit. Namun ada satu pendaki yang Bernama Indira mengalami gejala hipotermia di area dekat puncak saat perjalanan turun.
Baca juga: Fraksi Demokrat Minta Menhut Tunjukkan Lokasi 20,6 Juta Ha untuk Pangan dan Energi
Salah satu guide WNI, Nurhuda tiba di basecamp seorang diri dengan gejala hypothermia. Ia minta bantuan tim BC. Rencananya, setelah istirahat sebentar, ia akan kembali naik membantu pendaki lain yang masih berada di atas.
Usai mendapat kabar soal para pendaki yang terjebak cuaca buruk itu, Tim BC melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban sekitar pukul 20.45 WIT.
Pukul 21.48 WIT, pemandu lokal, Yustinus Sondegau berusaha naik untuk mencapai titik lokasi survivor di Summit Ridge di mana korban atas nama Indira, Alvin Reggy dan Saroni berada. Ia membawa bantuan emergency, berupa sleeping bag, fly sheet, air panas dan radio.
Baca juga: Mohammad Adib, Wujudkan Keadilan Lingkungan Lewat Antropologi Ekologi
Namun upaya itu terhenti karena cuaca semakin memburuk. Ia terpaksa turun dengan meninggalkan seluruh peralatan yang dibawa di teras besar. Saat turun, Yustinus bertemu Lody Hidayanto, kemudian menampinginya hingga ke basecamp.
Pukul 22.33 WIT, pemandu asal Nepal, Dawa Gyalje Sherpa juga naik untuk memberikan pertolongan. Ia berhenti di teras dua untuk memberikan pertolonan terhadap Lilie dan Elsa yang akhirnya meninggal.
Pukul 22.48 WIT, Fiersa dan Furky tiba di basecamp.
Baca juga: Bahlil Minta Daerah Permudah Perizinan Eksplorasi Migas Demi Ketahanan Energi
Discussion about this post