Kamis, 13 November 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Seruan Aksi Iklim di 35 Kota di Indonesia dan 97 Negara Jelang KTT Iklim Brasil

Kamis, 18 September 2025
A A
Aksi Draw the Line di Pantai Parangtritis, Bantul, DIY, 13 September 2025. Foto Hooma Creative/350.org

Aksi Draw the Line di Pantai Parangtritis, Bantul, DIY, 13 September 2025. Foto Hooma Creative/350.org

Share on FacebookShare on Twitter

“Saya mempersembahkan Festival Seni Iklim ini sebagai ruang untuk mempertemukan komunitas lokal yang terdampak krisis iklim. Festival ini menunjukkan bahwa isu-isu iklim saling terkait secara fundamental, dengan dimensi sosial, ekonomi, politik, dan bahkan spiritual. Melalui seni, kami menunjukkan perlunya para pemimpin dunia untuk bertindak dengan keberanian politik yang nyata. Para pemimpin harus berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan jangka pendek atau industri yang merusak lingkungan. Janji saja tidak cukup. Mereka harus melibatkan masyarakat dalam membuat kebijakan konkret dan adil yang mendukung bumi dan komunitas-komunitasnya yang paling rentan.”

Baca juga: Pourfect 60, Permudah Barista Menyeduh Kopi V60 secara Efisien dan Konsisten

Paskah Toga, Climate Rangers Bali:

“Banjir mematikan baru-baru ini di Bali merupakan bukti nyata bahwa krisis iklim bukan lagi ancaman yang jauh, melainkan kenyataan yang perlu diselesaikan dengan kebijakan konkrit. Pemerintah harus menghentikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan menghapuskan bahan bakar fosil secara bertahap. Pemerintah harus secara serius bertransisi ke energi terbarukan dengan cara yang melibatkan masyarakat. Sebagai upaya adaptasi, pemerintah juga harus mereformasi tata ruang, menghentikan alih fungsi lahan, dan memperluas daerah tangkapan air termasuk merevitalisasi sungai agar dampak iklim dapat dikurangi.”

Afriadi Mansah Putra, Kepala Tata Usaha, SMA Muhammadiyah 4, Bengkulu (sekolah yang menggunakan energi surya):

“Energi terbarukan berbasis masyarakat menumbuhkan rasa kepemilikan, tanggung jawab bersama, dan tindakan nyata. Energi terbarukan memastikan bahwa solusi lingkungan selaras dengan kebutuhan lokal dan adil bagi semua. Kami mendesak agar transisi ke energi bersih dipercepat, dengan dukungan bagi sekolah dan masyarakat serta kebijakan yang adil bagi kaum muda dan kelompok rentan. Investasi terbaik untuk masa depan planet ini adalah melalui pendidikan, energi terbarukan, dan aksi iklim yang melibatkan semua lapisan masyarakat.”

Baca juga: Jangan Diam Melihat Kerusakan Lingkungan agar Dampak Karhutla Tak Meningkat

Anjar S. Masiga, Kolaborasi Biru, Bulukumba, Sulawesi Selatan:

“Untuk pulau-pulau kecil seperti Liukang di Kabupaten Bulukumba, tenaga surya yang murah dan ramah lingkungan jauh lebih relevan daripada pembangkit listrik tenaga diesel. Kami juga menggarisbawahi solusi iklim palsu seperti relokasi pabrik produksi amonia di Bulukumba. Hal ini akan membunuh mata pencaharian lokal dan merusak ekologi dengan rencana pembukaan lahan seluas 300 hektar di hutan hujan. Kami mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa tujuan pengurangan emisi karbon harus sejalan dengan tindakannya di lapangan. Mengejar keuntungan semata bertentangan dengan tujuan iklim.”

Muhammad Abihul Fajar, Climate Rangers Nusa Tenggara Barat:

“Perubahan pola musim memicu banjir bandang yang mematikan di pegunungan Lombok Utara dan Tengah, sementara musim kemarau semakin panjang dan parah, menyebabkan banyak desa pesisir dan perbukitan kekurangan akses air bersih. Perjuangan melawan iklim bukan hanya tentang menyelamatkan alam; ini tentang menyelamatkan hidup, martabat, dan masa depan kita. Masyarakat tidak menyerah. Sebagai penjaga tanah, air, dan lautan, mereka bangkit untuk memperjuangkan keadilan iklim. Tanpa perubahan nyata, krisis iklim akan memperdalam ketimpangan dan memiskinkan masa depan kita.”[WLC02]

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: 350 Indonesiaaksi iklimCOP 30Draw the LineKTT Iklim

Editor

Next Post
Aksi Koalisi Masyarakat Sipil menolak proyek geothermal di Forum IIGCE 2025 di Jakarta, 17 September 2025. Foto Dok. Jatam.

Masyarakat Sipil Nilai IIGCE 2025 Merampas Ruang Hidup Lewat Proyek Panas Bumi

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi cuaca ekstrem. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Peringatan BMKG, Cuaca Ekstrem Sepekan Ini
    In News
    Senin, 10 November 2025
  • Ilustrasi ancaman perubahan iklim bagi masa depan anak. Foto Pexels/pixabay.comJejaring CSO Ajak Anak Muda Pantau Negosiasi Solusi Iklim Indonesia di COP 30 
    In News
    Minggu, 9 November 2025
  • Berperahu menuju Pulau Pamujan di Desa Domas, Kabupaten Serang, Banten. Foto Dok. ITB.Pulau Pamujan, Punya Tutupan Mangrove Asri Tetapi Terancam Abrasi
    In Traveling
    Minggu, 9 November 2025
  • Dosen ITB, Andy Yahya Al Hakim, memberikan sosialisasi di Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen, 15 September 2025. Foto Tim PPM/ITB.Sumber Air Sekitar Kawah Ijen Tercemar Fluorida, Gigi Warga Kuning dan Keropos
    In IPTEK
    Sabtu, 8 November 2025
  • Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Utusan Khusus Presiden Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo dan Menteri KLH/BPLH Hanif Faisol Nurofiq di Forum COP 30 di Belem, Brasil. Foto Dok. KLH/BPLH.Klaim dan Janji-janji Indonesia di Forum Iklim Global COP30 Belém
    In Lingkungan
    Sabtu, 8 November 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media