Wanaloka.com – Selama ini, saat melakukan pngawasan keamanan pangan di lapangan, petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan harus membawa sampel makanan ke laboratorium untuk diuji. Proses itu memakan waktu dan hasilnya tidak bisa langsung diketahui di tempat.
Tantangan utama pengawasan pangan selama ini adalah keterbatasan waktu dan akses ke laboratorium. Butuh inovasi teknologi yang dapat mendeteksi dini secara langsung di tempat, sehingga tindakan bisa diambil lebih cepat apabila ditemukan indikasi bahan berbahaya
Kondisi tersebut mendorong Pusat Riset Elektronika, Pusat Riset Telekomunikasi, dan Pusat Riset Teknologi Tepat Guna Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi untuk mengembangkan alat deteksi alkohol dan zat aditif berbahaya pada bahan pangan secara cepat. Inovasi tersebut bernama Si-AZA (Sistem Deteksi Alkohol dan Zat Aditif).
Baca juga: Capai 37,6°C, Suhu Panas di Indonesia Diprakirakan Hingga Awal November 2025
“Jadi bagaimana kalau dibuat alat yang bisa langsung mendeteksi kadar alkohol dan zat aditif berbahaya secara real-time (langsung di tempat)?” ujar Ketua peneliti, Novita Dwi Susanti, Selasa, 14 Oktober 2025.
Deteksi lewat sensor
Si-AZA merupakan perangkat portabel yang dapat mendeteksi bahan berbahaya pada bahan pangan seperti kandungan alkohol, formalin, boraks, dan rodamin B secara real-time. Alat ini dilengkapi fitur internet of things (IoT) untuk mendukung pencatatan dan pemantauan hasil uji.
Si-AZA bekerja menggunakan kombinasi beberapa sensor, antara lain sensor HCHO untuk mendeteksi alkohol dan formalin, serta sensor warna RGB untuk boraks dan rodamin B. Data yang tertangkap sensor diolah mikrokontroler, dianalisa. Hasilnya langsung ditampilkan di layar sentuh serta dikirim ke IoT web server.
Baca juga: Ikhtiar Petani Gunungkidul Menjaga Pangan Lokal yang Terancam Ditinggalkan
“Keunggulan utamanya adalah kecepatan dan portabilitas. Hasil bisa keluar dalam hitungan detik dan langsung tersimpan secara digital. Sangat cocok untuk skrining awal sebelum dilakukan uji laboratorium lanjutan,” terang dia.
Soal akurasi, Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN ini menyebutkan Si-AZA telah dikalibrasi menggunakan metode standar laboratorium. Tingkat kesesuaian hasil Si-AZA dengan laboratorium BPOM mencapai lebih dari 90 persen.
Selain itu, alat ini dirancang agar mudah digunakan oleh petugas tanpa latar belakang teknis tinggi. Tampilannya berbasis layar sentuh dengan ikon intuitif, sehingga mudah dioperasikan. Alat ini juga punya baterai internal, sehingga bisa dipakai langsung di lapangan tanpa sumber listrik 220 volt terangnya.







Discussion about this post