Penanganan mitigasi bencana gunung api sudah mencapai tahap kolaborasi antarinstansi agar haasil proses survei dan monitoring lebih optimal. Kolaborasi juga memungkinkan proses monitoring dan survei dilakukan dengan metode yang lebih canggih melalui citra satelit, remote sensing, dan teknologi sejenis lainnya.
Hasilnya kemudian dihimpun dalam bentuk database yang dapat diakses secara bebas melalui website rintisan PVMBG. Selain dari segi peralatan, kemampuan sumber daya manusia dalam menginterpretasikan hasil analisis dan mengambil keputusan berdasarkan hasil tersebut merupakan kunci keberhasilan mitigasi.
“Zaman sekarang kan inginnya segala sesuatu dilihat dari layar. Tapi proses untuk mengarah ke sana perlu jalan, perlu orang, perlu anggaran, perlu waktu yang sangat besar. Amanah mitigasi harus dijaga untuk tujuan mulia,” ujar Hendra.
Baca Juga: Muchtaridi: Senyawa Pelarut Dietilen Glikol dan Etilen Glikol Mudah dan Murah
Hingga saat ini, PVMBG berfokus memantau 69 titik dari total 127 gunung api aktif di Indonesia secara terus-menerus, baik di darat maupun di laut. Dari hasil survei dan pengamatannya, PVMBG dituntut untuk berpacu dengan waktu serta cermat menentukan skema mitigasi terbaik untuk menghadapi dinamisasi gunung api.
Sebanyak tiga juta jiwa berhasil diselamatkan dari delapan kejadian erupsi gunung api sepanjang 2021 melalui skema mitigasi.
“Perubahan aktivitas gunung api sekecil apapun harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan,” imbuh Hendra. [WLC02]
Discussion about this post