Baca juga: Proyek PSN Merauke Dinilai Bentuk Kebijakan Serakahnomics Era Pemerintahan Prabowo
“Bagi saya pemuliaan itu long life breeding. Jadi selama hidup, saya terus belajar dan menghasilkan varietas. Itu bukan pekerjaan sesaat, tapi perjalanan panjang,” tutur dia.
Wakafkan hidup untuk petani
Untuk menggambarkan perjalanannya, Supriyanta kerap menggunakan analogi sederhana. Ia menyamakan pemuliaan dengan kapal tua yang pasti mengalami kebocoran, namun bisa terus berlayar selama ada pompa untuk membuang air. Analogi itu menggambarkan pandangannya bahwa tantangan akan selalu ada, tetapi harus dihadapi dengan konsistensi.
“Selama kecepatan kita memompa lebih besar dari air yang masuk, kapal akan tetap berjalan. Begitu juga pemuliaan, selalu ada tantangan, tapi kita harus terus bergerak,” ujarnya.
Baca juga: Menumbuhkan Cinta Lingkungan dalam Peringatan Hari Internasional Perdamaian
Lebih jauh, ia memandang pekerjaannya bukan hanya sebagai profesi, melainkan ibadah. Supriyanta menegaskan ilmu pengetahuan harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya petani. Baginya, penelitian hanya bermakna jika hasilnya benar-benar digunakan di lapangan.
“Saya selalu berpikir bagaimana varietas ini bisa menjawab tantangan petani. Bagi saya, ilmu harus kembali ke masyarakat,” kata dia.
Kini, ketika Gamagora 7 mulai dikenal luas, Supriyanta menyimpan harapan besar. Ia ingin varietas ini benar-benar menjadi solusi yang membahagiakan petani dan memberi dampak positif bagi ketahanan pangan. Baginya, hal itu sejalan dengan niat yang telah ia pegang sejak awal berkarier.
“Saya sudah mewakafkan hidup saya untuk petani. Harapan saya Gamagora 7 bisa terus berkembang dan benar-benar membawa kebahagiaan bagi mereka,” harap dia. [WLC02]
Sumber: UGM







Discussion about this post