Wanaloka.com – Saat ini, badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan populasi sangat terbatas. Kajian ilmiah menunjukkan Badak Jawa menghadapi risiko tinggi dengan keterbatasan daya dukung habitat, rendahnya keragaman genetik, serta tingkat inbreeding mencapai 58,5 persen. Population Viability Analysis (PVA) memprediksi spesies ini bisa punah dalam waktu kurang dari 50 tahun tanpa intervensi nyata.
Ketergantungan pada satu habitat membuat satwa ikonik dunia ini sangat rentan seperti bencana alam, wabah penyakit, hingga rendahnya variasi genetik bisa sewaktu-waktu mengancam kelestarian mereka. Pemerintah bersama para ahli dan mitra konservasi menyiapkan strategi penyelamatan jangka panjang agar Badak Jawa memiliki masa depan lebih aman.
Kementerian Kehutanan memulai Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa dari habitat aslinya di TNUK ke kawasan khusus konservasi yang lebih aman dan terkendali untuk menyelamatkan satwa endemik Indonesia itu. Sejak 2009 telah dikembangkan kawasan khusus bernama Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di selatan Gunung Honje dalam kawasan TNUK. Kawasan ini diperuntukkan bagi perluasan habitat dan pengembangbiakan intensif badak Jawa.
Baca juga: UU Cipta Kerja yang Melegitimasi Perampasan Ruang Hidup Digugat di MK
Translokasi dilakukan untuk membentuk populasi kedua, memperbaiki keragaman genetik, serta menjamin keberlanjutan spesies melalui manajemen berbasis teknologi modern seperti Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking. Program ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan lembaga konservasi nasional maupun internasional.
“Saya kira ini adalah tanggung jawab moral, sosial, dan politik kami bersama untuk memastikan anak cucu kita masih memiliki Badak Jawa 50, 100, 200 tahun, bahkan selamanya,” ujar Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni saat memimpin Kick Off Meeting yang ini dihadiri jajaran Direktorat Jenderal KSDAE, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Yayasan Badak Indonesia (YABI), serta mitra konservasi nasional dan internasional.
Raja Juli menyebutkan penamaan “Operasi Merah Putih” maupun teriakan “Merdeka” tidak hanya slogan, tetapi operasionalisasi dari spirit kemerdekaan. Dalam hal ini, “Merdeka” adalah ketika satwa seperti badak tidak mengalami kepunahan, tidak mengalami gangguan dan mereka merdeka di alam.
Baca juga: Riset Konservasi dan Rehabilitasi Hasilkan Temuan Manfaat Mangrove dari Akar hingga Buah
Sementara Ketua Pengurus dan Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (Yabi), Jansen Manansang mengatakan langkah ini membuka harapan baru di masa depan untuk spesies ini. Yabi berkomitmen terus mendukung upaya pemerintah dalam konservasi badak Jawa melalui kerjasama lintas sektor, pendekatan ilmiah, juga menggunakan spesialisasi dokter-dokter, ahli medis yang berkualitas.
“Mari kita jadikan operasi Merah Putih ini sebagai momentum bersama untuk memperkuat kolaborasi dan menegakkan komitmen menjaga badak Jawa yang merupakan aset bangsa yang sangat penting juga mahal, hanya ada di Indonesia,” kata dia.
Discussion about this post