Rabu, 9 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Tambang, Limbah dan Hilir Mudik Kapal Tongkang Ancam Ekosistem Ikan Kerapu Raja Ampat

Perlindungan ekosistem laut seperti di Raja Ampat adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi dan sosial masyarakat.

Selasa, 1 Juli 2025
A A
Ilustrasi ikan kerapu. Foto webherper/pixabay.com.

Ilustrasi ikan kerapu. Foto webherper/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Tak sekadar surga wisata Bahari, Raja Ampat juga menyimpan potensi luar biasa sebagai pusat produksi ikan kerapu nasional dan internasional. Guru Besar Ilmu Ekologi Pesisir dan Laut IPB University, Prof. Dietriech Geoffrey Bengen menyampaikan bahwa posisi Raja Ampat dalam peta produksi kerapu sangat strategis karena kekayaan biodiversitas laut yang dimilikinya.

“Raja Ampat dijuluki sebagai jantung segitiga karang dunia. Ini realitas yang menjadikan wilayah ini ideal untuk perikanan tangkap maupun budi daya kerapu,” ucap Dietriech.

Sejak 2005, Raja Ampat telah terlibat aktif dalam perdagangan ikan kerapu hidup. Produksi utamanya masih berasal dari tangkapan alam yang dikirim ke kota-kota besar seperti Makassar dan Kendari, sebelum akhirnya diekspor ke Hongkong dan Tiongkok. Pemerintah terus menggalakkan penyebaran benih dan teknologi budi daya untuk mendorong produktivitas dan nilai tambah secara berkelanjutan.

Baca juga: DPR Janji Pantau Aksesibilitas Transportasi Masyarakat Adat di Pulau Enggano

Namun, di tengah geliat ekonomi biru ini, muncul ancaman serius dari aktivitas pertambangan di wilayah pesisir. Dietriech mengingatkan, kegiatan pertambangan dapat membawa dampak langsung maupun tidak langsung yang sangat merusak habitat perairan, terutama daerah pengembangbiakan dan budi daya ikan kerapu.

“Dampak langsungnya terlihat dari sedimentasi dan kekeruhan air yang tinggi akibat erosi tanah tambang. Sedimen ini bisa menutup terumbu karang dan padang lamun, yang merupakan habitat penting bagi ikan kerapu untuk memijah dan berlindung,” jelas dia.

Selain itu, limbah tambang yang mengandung logam berat seperti nikel, merkuri, dan arsen dapat menjadi racun bagi biota laut. Telur dan larva kerapu sangat rentan terhadap paparan logam berat ini, yang menyebabkan gangguan reproduksi dan pertumbuhan.

Baca juga: Ikan Napoleon, Penjaga Ekosistem Terumbu Karang yang Terancam Tambang

Lebih berbahaya lagi, logam berat tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh organisme laut dan meningkat konsentrasinya dalam rantai makanan, termasuk ke manusia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: aktivitas pertambanganikan kerapuIPB UniversityRaja Ampat

Editor

Next Post
Ilustrasi kebakaran hutan. Foto Geralt/pixabay.com.

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Cabut Gugatan Hukum terhadap Ahli Lingkungan

Discussion about this post

TERKINI

  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
  • Banjir dan lonsgor melanda Puncak, Bogor, 7 Juli 2025. Foto Dok. KLH.Puncak Banjir dan Longsor Lagi, Menteri Hanif Cabut Izin Lingkungan dan Rehabilitasi Kawasan
    In Bencana
    Selasa, 8 Juli 2025
  • Beberapa pulau-pulau kecil di Raja Ampat, Papua Barat Daya tampak gundul akibat penambangan nikel. Foto Dok. AMAN.BUMN Pertambangan Diminta Serahkan Laporan Tahunan Tepat Waktu
    In News
    Senin, 7 Juli 2025
  • Ilustrasi sampah dari kawasan kuliner. Foto Dennis/pixabay.com.Kawasan Pasar, Kuliner, dan Mal Wajib Kelola Sampah Mandiri
    In News
    Senin, 7 Juli 2025
  • Ilustrasi nyamuk Anopheles. Foto shammiknr/pixabay.com.Riset Bakteri Wolbachia Gantikan Kelambu untuk Kendalikan Malaria di Papua
    In IPTEK
    Minggu, 6 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media