Kamis, 19 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Tanaman Endemik Smilax nageliana untuk Pakan Ternak Bisa Terancam Punah

Peningkatan laju tingkat kepunahan Smilax nageliana di Indonesia disebabkan pola perilaku konsumtif manusia, eksploitasi sumber daya alam berlebihan, dan pemahaman konservasi minim.

Kamis, 3 Oktober 2024
A A
Tnamn endemik Smilax nageliana yang masih ditemukan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.

Tnamn endemik Smilax nageliana yang masih ditemukan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kelompok tumbuhan endemik merupakan salah satu jenis tumbuhan yang rentan punah. Kelompok ini memiliki karakter tumbuh secara alami di satu wilayah geografis yang populasinya sedikit di area yang kecil dengan habitat yang spesifik.

Spesies endemik memiliki pengaruh terbesar pada tingkat kepunahan global. Berdasarkan data WWF, tahun 2023 tingkat kepunahannya secara global telah mencapai 0,01 persen, atau sebanding dengan antara 200 hingga 2000 terjadi setiap tahunnya.

Di Indonesia, kekayaan spesies tumbuhan Indonesia terus menurun karena kehilangan habitatnya, eksploitasi berlebih, faktor biologi, dan faktor alam. Sehingga, berdasarkan Daftar Merah IUCN per tahun 2022, 778 spesies telah terancam kepunahan.

Baca Juga: Kritik KPA atas Kinerja DPR 2019-2024, Konflik Agraria Terus Menumpuk

Salah satu spesies endemik nasional yang terdapat di Jawa Timur adalah tumbuhan Smilax nageliana. Berdasarkan data Herbarium Bogoriense, tumbuhan ini hidup di kawasan Gunung Kawi, dan Ranu Darungan, Lumajang, Jawa Timur dengan sebaran sangat sempit (narrow endemic). Status konservasinya dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) belum diketahui.

Persoalannya, masyarakat lokal banyak yang belum memiliki pengetahuan tentang tumbuhan endemik ini. Beberapa di antaranya menggunakan tumbuhan ini untuk pakan ternak, sehingga upaya konservasi sangat penting dilakukan.

“Pemahaman yang minim tentang konservasi terhadap tumbuhan endemik nasional semakin mengancam keberadaan tumbuhan Smilax nageliana,” ungkap Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Sofiah, dalam Jamming Session #17 bertajuk “Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan Endemik di Jawa”, Kamis, 26 September 2024.

Baca Juga: Tolak Proyek Geothermal di Poco Leok, Warga dan Jurnalis Floresa Ditangkap

Menurut Siti, peningkatan laju tingkat kepunahan Smilax nageliana di Indonesia disebabkan pola perilaku konsumtif manusia, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan pemahaman konservasi yang minim.

Jenis Smilax nageliana memiliki karakter unik. Populasi tumbuhan ini bersifat mengelompok dan banyak berada di daerah berlereng.

Ditinjau dari aspek ekologi, dalam struktur populasi Smilax nageliana di kawasan Ranu Darungan dan Gunung Kawi diketahui tidak banyak individu tumbuhan ini yang ditemukan di lapangan.

Baca Juga: AMAN Desak DPR Baru Segera Sahkan RUU Masyarakat Adat

Di kawasan Ranu Darungan, individu dewasa yang ditemukan hanya berjumlah 13 dan individu anakannya berjumlah 368. Sementara di kawasan Gunung Kawi, pihaknya hanya menemukan 50 individu, 3 di antaranya adalah individu dewasa dan sisanya masih berupa anakan.

“Dari kedua ini, dapat terlihat struktur populasi menyerupai J terbalik. Artinya, semakin kecil tahap pertumbuhan, semakin banyak individu yang ada,” terang Siti.

Berdasarkan assessment  status konservasi Smilax nageliana dengan jumlah total 16 individu dewasa,  meliputi 13 individu di Ranu Darungan dan 3 individu dewasa di Gunung Kawi, serta ukuran populasi yang kurang dari 250 individu. Juga adanya faktor ancaman penurunan secara terus-menerus di area sebaran  atau kualitas habitat, serta jumlah individu dewasa di setiap subpopulasinya kurang dari 50 individu dan termasuk dalam kriteria C. Sehingga jenis ini dapat dikategorikan berstatus kritis di alam atau critically endangered.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: BRINCritically EndangeredInternational Union for Conservation of NatureSmilax nagelianatanaman endemikterancam punah

Editor

Next Post
Salah satu lahan di Marauke untuk PSN food estate. Foto Dok. YLBHI.

Keterlibatan Militer dalam PSN di Merauke Ancam Hak Hidup Orang Papua

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media