Sabtu, 12 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Tanaman Endemik Smilax nageliana untuk Pakan Ternak Bisa Terancam Punah

Peningkatan laju tingkat kepunahan Smilax nageliana di Indonesia disebabkan pola perilaku konsumtif manusia, eksploitasi sumber daya alam berlebihan, dan pemahaman konservasi minim.

Kamis, 3 Oktober 2024
A A
Tnamn endemik Smilax nageliana yang masih ditemukan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.

Tnamn endemik Smilax nageliana yang masih ditemukan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kelompok tumbuhan endemik merupakan salah satu jenis tumbuhan yang rentan punah. Kelompok ini memiliki karakter tumbuh secara alami di satu wilayah geografis yang populasinya sedikit di area yang kecil dengan habitat yang spesifik.

Spesies endemik memiliki pengaruh terbesar pada tingkat kepunahan global. Berdasarkan data WWF, tahun 2023 tingkat kepunahannya secara global telah mencapai 0,01 persen, atau sebanding dengan antara 200 hingga 2000 terjadi setiap tahunnya.

Di Indonesia, kekayaan spesies tumbuhan Indonesia terus menurun karena kehilangan habitatnya, eksploitasi berlebih, faktor biologi, dan faktor alam. Sehingga, berdasarkan Daftar Merah IUCN per tahun 2022, 778 spesies telah terancam kepunahan.

Baca Juga: Kritik KPA atas Kinerja DPR 2019-2024, Konflik Agraria Terus Menumpuk

Salah satu spesies endemik nasional yang terdapat di Jawa Timur adalah tumbuhan Smilax nageliana. Berdasarkan data Herbarium Bogoriense, tumbuhan ini hidup di kawasan Gunung Kawi, dan Ranu Darungan, Lumajang, Jawa Timur dengan sebaran sangat sempit (narrow endemic). Status konservasinya dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) belum diketahui.

Persoalannya, masyarakat lokal banyak yang belum memiliki pengetahuan tentang tumbuhan endemik ini. Beberapa di antaranya menggunakan tumbuhan ini untuk pakan ternak, sehingga upaya konservasi sangat penting dilakukan.

“Pemahaman yang minim tentang konservasi terhadap tumbuhan endemik nasional semakin mengancam keberadaan tumbuhan Smilax nageliana,” ungkap Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Sofiah, dalam Jamming Session #17 bertajuk “Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan Endemik di Jawa”, Kamis, 26 September 2024.

Baca Juga: Tolak Proyek Geothermal di Poco Leok, Warga dan Jurnalis Floresa Ditangkap

Menurut Siti, peningkatan laju tingkat kepunahan Smilax nageliana di Indonesia disebabkan pola perilaku konsumtif manusia, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan pemahaman konservasi yang minim.

Jenis Smilax nageliana memiliki karakter unik. Populasi tumbuhan ini bersifat mengelompok dan banyak berada di daerah berlereng.

Ditinjau dari aspek ekologi, dalam struktur populasi Smilax nageliana di kawasan Ranu Darungan dan Gunung Kawi diketahui tidak banyak individu tumbuhan ini yang ditemukan di lapangan.

Baca Juga: AMAN Desak DPR Baru Segera Sahkan RUU Masyarakat Adat

Di kawasan Ranu Darungan, individu dewasa yang ditemukan hanya berjumlah 13 dan individu anakannya berjumlah 368. Sementara di kawasan Gunung Kawi, pihaknya hanya menemukan 50 individu, 3 di antaranya adalah individu dewasa dan sisanya masih berupa anakan.

“Dari kedua ini, dapat terlihat struktur populasi menyerupai J terbalik. Artinya, semakin kecil tahap pertumbuhan, semakin banyak individu yang ada,” terang Siti.

Berdasarkan assessment  status konservasi Smilax nageliana dengan jumlah total 16 individu dewasa,  meliputi 13 individu di Ranu Darungan dan 3 individu dewasa di Gunung Kawi, serta ukuran populasi yang kurang dari 250 individu. Juga adanya faktor ancaman penurunan secara terus-menerus di area sebaran  atau kualitas habitat, serta jumlah individu dewasa di setiap subpopulasinya kurang dari 50 individu dan termasuk dalam kriteria C. Sehingga jenis ini dapat dikategorikan berstatus kritis di alam atau critically endangered.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: BRINCritically EndangeredInternational Union for Conservation of NatureSmilax nagelianatanaman endemikterancam punah

Editor

Next Post
Salah satu lahan di Marauke untuk PSN food estate. Foto Dok. YLBHI.

Keterlibatan Militer dalam PSN di Merauke Ancam Hak Hidup Orang Papua

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media