“Jadi ini lebih ringan dan bisa digunakan untuk kebutuhan tertentu. Yang tidak terbiasa, itu dinaikkan pH-nya dengan menaikkan kalsium,” kata Wahyu.
Kepala BRIN Arif Satria meninjau langsung lokasi untuk memastikan pemanfaatan hasil riset dan inovasi BRIN benar-benar berfungsi optimal dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Arif memastikan operasional teknologi Arsinum telah dikerahkan BRIN di wilayah terdampak. Kehadiran Arsinum menjadi solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat akan air bersih dan air layak minum di tengah keterbatasan infrastruktur pascabencana.
Menurut Arif, pemanfaatan teknologi berbasis riset menjadi bagian penting dalam percepatan penanganan bencana. Inovasi tidak hanya berhenti pada pengembangan di laboratorium, tetapi harus mampu menjawab kebutuhan riil di lapangan, mulai dari penyediaan air bersih hingga dukungan teknis dalam evakuasi dan pemulihan infrastruktur.
Baca juga: UGM dan IPB Siapkan Langkah Penanggulangan Dampak Bencana Sumatra
BRIN telah menyiapkan tiga unit Arsinum. Dua unit dioperasikan di Aceh Tamiang dan satu unit lainnya ditempatkan di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Penempatan ini disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan serta tingkat urgensi wilayah terdampak bencana.
Unair dirikan instalasi filter air
Sementara tiga pekan pascabencana Sumatra, dosen dan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) yang juga tergabung dalam Tim Tanggap Darurat Bencana Universitas Airlangga (Unair) mendorong percepatan pemulihan lewat pemasangan instalasi filter air di Jorong (dusun) Limo Badak, Malalak, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Limo Badak menjadi salah satu kawasan terdampak di Kecamatan Malalak, sekaligus tempat masyarakat mendirikan dapur umum di dekat sebuah masjid serta tempat berkumpul dan evakuasi. Tim tersebut bertolak dari Surabaya ke Padang pada 13 Desember 2025. Dilanjutkan survei, pemasangan, hingga finishing instalasi pada 18 Desember 2025.
Baca juga: Empat Orangutan Dipulangkan ke Indonesia di Tengah Perusakan Hutan Sumatra
Dosen FST Unair, Danar Arifka Rahman menerangkan pemasangan filter air di Limo Badak bertujuan untuk mengembalikan akses air dan sanitasi bersih bagi masyarakat terdampak. Proses instalasi filter air dimulai dari penentuan titik lokasi hingga sumber air yang digunakan.
Untuk distribusi air bersihnya, mereka mengambil dari tampungan masyarakat setempat. Air yang terus mengalir dari atas ditampung di bak penampungan. Kemudian air dipompa melalui kolong filtrasi. Hasil filtrasi tersebut bisa dimanfaatkan Masyarakat untuk masak, minum, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan performa instalasi yang optimal, Danar dan tim juga memberikan sosialisasi tentang perawatan instalasi pada masyarakat.
“Kami sampaikan kepda masyarakat setempat cara membersihkan filter sehingga bisa digunakan terus. Selama rutin dibersihkan, instalasi tersebut bisa awet sampai berbilang tahun,” jelas dia.
Dosen Teknik Lingkungan itu berharap, instalasi filter air tersebut bisa membawa manfaat bagi masyarakat Limo Badak untuk menjalani hari-hari pascabencana.
Baca juga: Hasil Permodelan Kecerdasan Buatan, Iklim 2026 Bersifat Normal
“Kami harap filter air ini bisa awet dan bisa terus mereka manfaatkan,” harap Danar.
Bagi masyarakat Limo Badak, Rio Hanafi, kehadiran instalasi filter air ini sangat membantu keberlangsungan hidup mereka sehari-hari. Pascabencana, aktivitas mereka sempat terganggu karena sumber air turut terdampak.
Ia berharap, instalasi filter air tersebut bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Mereka akan turut berpartisipasi dan bergotong royong untuk merawat instalasi ini. [WLC02]






Discussion about this post