Certificate of Quake-Resistant berhaasil diraih karena tim tesebut berhasil membentuk model setinggi 51 cm dan berat 390 gram dalam waktu 5.5 jam. Bahkan mampu bertahan hingga percepatan 400 gal dan tetap kokoh pada percepatan terakhir 800 gal.
“Kesempatan berharga ini mengajarkan tim betapa penting perlindungan terhadap gempa untuk keberlanjutan infrastruktur. Mengingat posisi geografis Indonesia yang berada di Cincin Api,” imbuh Gilang.
Baca Juga: Strategi Pengelolaan Sampah agar Tak Berakhir di Pembuangan Akhir
Lomba tersebut merupakan ajang rutin tahunan yang diadakan NCREE. Tim Kuya Sigma berharap tahun-tahun berikutnya akan ada tim ITB lainnya yang selalu berinovasi dan mendapatkan prestasi terbaik dalam ajang perlombaan rancang bangun ini.
Erwin Lim menambahkan, kompetisi IDEERS merupakan ajang untuk mengasah kemampuan engineering judgement mahasiswa. Berdasarkan ilmu desain dan dinamik struktur yang sudah dipelajari di bangku kuliah, Tim Kuya Sigma sudah menerapkan kemampuan menganalisis dan mengamati perilaku bangunan ketika dikenakan gaya gempa.
“Itu berulang kali dilakukan sampai didapat hasil yang memuaskan, yakni bangunan masih kokoh ketika terkena gempa besar 800 gal,” kata Erwin. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post