Ia juga mendorong peneliti muda untuk tidak berhenti pada publikasi akademik.
“Jadilah peneliti sekaligus pengusaha. Ilmu harus berlanjut ke hilirisasi dan komersialisasi agar benar-benar bermanfaat,” pesan dia.
Sementara Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Samsudin menegaskan bahwa pengendalian hama dan penyakit dalam sistem organik memiliki tantangan tersendiri karena tidak menggunakan pestisida sintetis. Kecepatan kerja pengendali hayati relatif lambat, sementara potensi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tetap tinggi.
Baca juga: Kepemimpinan Baru Walhi Janjikan Garda Terdepan Keadilan Ekologis
“Jadi strategi pencegahan dengan teknologi ramah lingkungan sangat dibutuhkan,” jelas dia.
Samsudin mencontohkan beragam inovasi, mulai dari biopestisida berbasis patogen serangga, atraktan alami, asap cair, hingga minyak nabati seperti mimba dan serai wangi. Selain itu, teknik budidaya seperti rotasi tanaman, tumpangsari, dan sanitasi kebun terbukti mampu menekan populasi hama secara signifikan.
Lebih jauh, biopestisida dan agen hayati seperti jamur patogen serangga, nematoda, hingga jamur antagonis merupakan bagian integral dari Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Baca juga: Ancaman Lahan Sawah di Indonesia, Tidak Dilindungi dan Alih Fungsi Kian Mengkhawatirkan
“Inovasi ini tidak hanya menekan penggunaan bahan kimia, tetapi juga menjaga keanekaragaman hayati serta keberlanjutan ekosistem pertanian,” kata dia.
Dengan penerapan inovasi tersebut, pertanian organik dapat menjadi lebih produktif sekaligus ramah lingkungan.
“Ke depan, teknologi pengendalian hayati harus menjadi arus utama, bukan sekadar alternatif,” tegas Samsudin.
Baca juga: BMKG Ingatkan Lagi Potensi Gempa Bumi Megathrust M8,8 di Pesisir Selatan DIY
Selain pengendalian hama, kualitas tanah juga menjadi pondasi penting dalam pertanian organik. Achmad Rachman dari Lembaga Sertifikasi Organik INOFICE menekankan bahwa tanah sehat adalah titik awal keberhasilan sistem organik.
Pupuk organik yang berkualitas dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroba, serta memperkuat daya tahan tanaman terhadap penyakit. Hal ini memberi peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan produk organik berdaya saing tinggi di pasar global.
“Kesuburan tanah menentukan produktivitas dan kualitas hasil. Sehingga pupuk organik dan pengelolaan tanah terpadu menjadi krusial,” imbuh dia. [WLC02]
Sumber: BRIN







Discussion about this post