Sementara tujuan riset sejak awal adalah merakit padi yang bisa ditanam di lahan kering tadah hujan dan di lahan sawah untuk menyiasati perubahan iklim dan dampak alih fungsi lahan hingga seluas 96.512 hektare per tahun. Salah satu tahapannya, padi Gamagora 7 telah mengikuti uji multilokasi, baik di lahan sawah maupun di lokasi tadah hujan di beberapa daerah.
Baca Juga: Mengintip Dua Planet Gas Raksasa Jupiter dan Saturnus dari Langit Kupang
Sebagai jenis padi yang cocok ditanam di musim kering dan lahan tadah hujan, dan tidak membutuhkan banyak air dan pupuk dalam proses penanaman, Gamagora 7 memberi harapan banyak bagi petani.
Apalagi Gamagora 7 juga tahan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2, penyakit hawar daun patotipe III, serta penyakit blast ras 033, 073, dan 133. Umur tanaman lebih pendek dari varietas lain, yaitu 104 hari panen. Data uji potensi angka rata-rata panen adalah 7,95 ton per hektare dengan potensi maksimal 9,8 ton padi kering panen.
Gemin Sini adalah salah satu petani Desa Guyung yang menanam Gamagora 7 di lahannya seluas 1,5 hektare. Saat masa tanam usia 55 hari, tanaman padinya itu menunjukkan rumpun yang lebih lebat dibandingkan padi berjenis IR 32 yang juga ditanam di kawasan yang sama.
Baca Juga: Ada Rumah Tangga yang Tidak Perlu Izin Sedot Air Tanah
“Gamagora 7 ini bagus, anakannya banyak dan cepet hidup, lebih cepat daripada temannya (IR). Belum umur 25 hari sudah penuh. Kalau IR masih kelihatan jaraknya,” ungkap Gemin.
Ia merasa optimis akan mendapat hasil yang baik saat panen Gamagora 7 nanti. Begitu pun Taryono berharap keunggulannya Gamagora 7 bisa mewujudkan mimpi kedaulatan pangan bagi Indonesia. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post