Juga ada kepercayaan, bahwa orang-orang tertentu yang hanya bisa memainkan boneka arwah itu sesuai pemahaman dan kepercayaan masyarakat lingkungannya.
“Mungkin terbiasa saja bermain boneka arwah seperti Jalangkung itu,” pungkas Tundjung.
Sejak zaman Mesolitikum
Dia menjelaskan, boneka arwah dalam mitologi Jawa erat kaitannya dengan perkembangan animisme dan dinamisme. Sementara dalam berbagai khasanah dan pustaka sejarah disebutkan sejak zaman Mesolitikum sudah muncul kepercayaan terhadap kekuatan roh.
Kemudian, hadirnya paham Hindu-Budha semakin memperkaya kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya sudah ada. Menurut Tundjung, hal tersebut mendorong manusia untuk hidup dan membangun harmonisasi dengan entitas roh.
Baca Juga: Kisah Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda Blusukkan ke Kampoeng Cyber
Hasil harmonisasi itulah yang melahirkan perilaku menghadirkan roh dalam visualisasi diri orang dan boneka atau benda bertuah. Ia menyampaikan, kisah dalam dunia pewayangan juga memperkuat kepercayaan penjelmaan roh pada alam kehidupan duniawi.
“Kisah pewayangan tokoh Bambang Ekalaya yang menciptakan patung Durna sebagai visualisasi guru yang mahir mengajarkan memanah dan lebih unggul daripada Arjuna yang berguru kepada Durna secara biologis,” terang dosen Program Studi (Prodi) S-1 Ilmu Sejarah FIB UNS ini.
Muncul saat masa krisis
Menurut Tundjung, tidak ada momentum khusus yang merujuk pada kepopuleran boneka arwah.
“Tapi biasanya penggunaan kekuatan spiritual dalam konteks historis perilaku sering kali muncul saat masa-masa krisis,” kata Tundjung.
Ia mencontohkan, ketika terjadi krisis ekonomi pada 1929, muncul dan populer visualisasi makhluk halus yang disebut dengan Nyi Blorong. Kemudian pada era revolusi Indonesia pascakemerdekaan, mulai muncul banyak aliran kebatinan yang menjadi era suburnya kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
Baca Juga: Baboe Mengalami Diskriminasi Sekaligus Diperlakukan Sama oleh Keluarga Kolonial
Konstruksinya hampir sama bahwa boneka arwah itu tetap ada dari dulu hingga sekarang sebagaimana era yang diklasifikasikan sebagai era ontologi seperti saat ini.
“Faktanya, era mistis masih selalu ada dan berkembang sesuai konteks zamannya,” ujar Tundjung. [WLC02]
Discussion about this post