Guru Besar Mikrobiologi Molekuler Virus itu pun membagikan tips yang bisa dilakukan peternak. Pertama, lakukan vaksinasi.
“Vaksin ini terbukti mengurangi risiko, meski bukan menghilangkan virus,” kata Nidom.
Baca Juga: Ini Informasi Riset yang Dihasilkan dari Pusat Studi Kebumian UGM
Peternak pun harus teliti dalam memilih vaksin untuk ayam mengingat beragam produk vaksin tersedia. Penggunaan vaksin yang tidak tepat menyebabkan virus semakin kuat dan sulit dikendalikan.
“Jangan sampai memilih vaksin yang menantang virus yang ada di dalam tubuh ayam,” terang Nidom.
Kedua, teliti dalam memilih bibit ayam. Sensitivitas virus flu burung dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Peternak hendaknya memastikan bibit yang dibeli tidak peka terhadap virus flu burung. Diperlukan ketelitian dalam memilih bibit ayam yang baik.
Baca Juga: Gempa Dangkal Darat Kembali Guncang Tarutung
Misal, bibit A tidak peka penyakit lain, tapi peka flu burung. Bibit B belum tentu sama. Kalau peternak sudah mengetahui sejak awal bisa wanti-wanti risiko tersebut.
“Jangan berpikir setiap ayam itu sama. Kalau peternak lengah, bisa rugi,” kata Nidom.
Ketiga, pemilihan pakan yang tepat. Upaya ini dapat menjadi cara untuk mengurangi potensi flu burung. Pakan ayam yang tidak sesuai bisa menimbulkan alergi. Kemudian alergi yang terjadi dapat berdampak pada daya tahan tubuh ayam.
“Alergi bisa menjadi memicu kondisi yang menyebabkan virus masuk, apalagi flu burung,” papar Nidom.
Baca Juga: Solusi Palsu Krisis Iklim Membuat Beban Perempuan Kian Berat
Beli Ayam Potong, Bukan Ayam Hidup
Meskipun belum ada bukti penelitian, bahwa virus yang bisa menular dari unggas ke manusia kemudian dapat menular antar manusia, masyarakat was-was. Nidom meminta masyarakat tak perlu khawatir untuk mengonsumsi produk unggas, baik daging maupun telurnya. Meski merupakan virus yang berbahaya, virus flu burung dapat mati akibat pemanasan.
“Sebelum dijual, ayam itu ada proses pencabutan bulu. Saat pencabutan bulu ayam dilakukan pemanasan dengan air suhu 56 sampai 60 derajat celcius, itu virus sudah mati,” jelas Nidom.
Produk telur pun tak perlu dihindari, karena telur tidak berpotensi menularkan virus.
Baca Juga: Awan Panas Merapi Masih Fluktuatif, Tak Pengaruhi Kenaikan Suhu di DIY
“Selain kulit telur, di dalam telur itu ada selaput tipis berwarna putih yang menjadi penyaring semua mikroba dari luar,” papar Nidom.
Namun saat unggas dalam keadaan hidup, virus tersebut akan tetap hidup. Untuk mencegah penularan, masyarakat diminta untuk tidak mendekati kerumunan ayam karena berpotensi membawa virus.
Ia menyarankan masyarakat untuk membeli ayam potong yang biasa dijual di pasar dibanding ayam dalam keadaan hidup.
“Jangan membeli ayam hidup dan dipotong sendiri, itu banyak risiko. Lebih baik beli yang sudah dipotong atau di warung yang sudah matang,” kata Ketua Dewan Pembina Nidom Foundation tersebut. [WLC02]
Sumber: Universitas Airlangga
Discussion about this post