Wanaloka.com – Bidang sumber daya air dan lingkungan merupakan salah satu intisari yang diminati, dipelajari, diteliti, dipraktikkan, dikembangkan, dan sebarluaskan Guru Besar Bidang Sumberdaya Air dan Lingkungan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Agus Maryono selama ini. Paradigma pengelolaan sumber daya air dan lingkungan saat ini, menurut dia masih bersifat pragmatis dan cenderung eksploitatif.
Pembangunan sungai masih menggunakan pendekatan “engineering murni” yang dinilainya justru merusak ekosistem sungai. Beberapa contoh antara lain pelurusan sungai, sudetan, pembetonan tebing sungai, serta pembangunan cek dam, ground sill, sabo dam yang masif.
“Pembangunan danau dan embung masih menggunakan cara konstruksi murni seperti pembuatan tanggul dan pembetonan tebing melingkar danau yang justru merusak ekosistem danau,” ujar Agus dalam pidato Pengukuhan Guru Besar di Balai Senat UGM, Selasa, 30 Januari 2024.
Baca Juga: Status Gunung Lewotobi Laki-laki Turun Menjadi Siaga
Berbagai permasalahan juga ditemui dalam pengelolaan air hujan. Seperti pembangunan drainase air hujan di pedesaan, pemukiman, perkotaan, dan kawasan masih dilakukan dengan konsep membuang air hujan secepat-cepatnya ke sungai. Akibatnya, terjadi banjir di hilir dan kekeringan di hulu. Reformasi pengelolaan sumber daya air yang ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi sangat mendesak dilakukan.
“Luasnya permasalahan sumber daya air dan lingkungan, dalam pidato pengukuhan ini saya mengambil salah satu tema yang cukup urgen dan aktual pada puncak musim hujan dan perubahan iklim saat ini, yaitu pengelolaan air hujan. Lebih spesifik lagi saya akan membahas tentang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Memanen Air Hujan,” papar dia.
Topik utama pengelolaan air hujan dipilih karena dapat memberikan refleksi komprehensif tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya dikembangkan dan dimasyarakatkan untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat. Ia pun menceritakan proses pengembangan IPTEK memanen air hujan serta implementasinya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat luas.
Baca Juga: Analisa BMKG Masih Ada Potensi Hujan Terjadi Awal Februari 2024
“Tema ini juga dipilih sebagai dukungan terhadap upaya reformasi pengelolaan sumber daya air hujan dan sekaligus mendukung upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,” ucap Agus.
Sejauh ini, dia dan tim telah lama menyusun langkah pengembangan teknologi memanen air hujan di laboratorium Bangunan Air dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil, SV UGM untuk mengembangkan teknologi pemanen air hujan dengan kualitas yang memenuhi standar air bersih dan kebutuhan air masyarakat yang terus meningkat.
Langkah pertama dimulai pada tahun 2010-2015 berfokus pada pembuatan teknologi memanen air hujan. Tahap kedua pada tahun 2016-2020 berfokus pada pengembangan teknologi dan pendaftaran kekayaan intelektual. Tahap ketiga tahun 2021-2025 dengan fokus pengembangan teknologi dan membangun Teaching Factory (TeFa).
Baca Juga: 16 Tahun BNPB dari Masa ke Masa
Discussion about this post