Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Air Hujan antara Ancaman Mikroplastik dan Solusi Krisis Air Masa Depan

Air hujan bisa menjadi berkah apabila manusia memperlakukannya secara benar.

Selasa, 21 Oktober 2025
A A
Tampungan pemanenan air hujan di Komunitas Banyu Bening di Sleman, DIY. Foto Pito Agustin.

Tampungan pemanenan air hujan di Komunitas Banyu Bening di Sleman, DIY. Foto Pito Agustin.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Temuan air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik memunculkan kekhawatiran baru terhadap pencemaran lingkungan di perkotaan. Guru Besar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof. Etty Riani menyatakan fenomena ini secara ilmiah memang sangat mungkin terjadi.

“Mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer,” kata Etty.

Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis.

Saat partikel mikroplastik berada di udara, ia dapat terbawa arus angin dan turun kembali ke Bumi bersama air hujan. Hujan sebenarnya berperan seperti pencuci udara. Namun mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan.

Baca juga: Gunung Lawu Batal Masuk Wilayah Kerja Panas Bumi, Kecamatan Jenawi Jadi Alternatif

“Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih,” jelas Etty.

Ia menambahkan, sumber mikroplastik di udara perkotaan seperti Jakarta sangat beragam, mulai dari degradasi berbagai jenis sampah plastik, gesekan ban kendaraan, hingga pakaian sintetis. Sementara faktor lingkungan seperti suhu tinggi dan kondisi udara kering turut mempercepat proses pelapukan plastik serta memudahkan partikel halus tersebut beterbangan ke atmosfer.

“Tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi akar masalah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik. Akhirnya, plastik akan terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik,” papar dia.

Etty menilai perlu ada langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat. Ia mendorong upaya perubahan gaya hidup menuju pola yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Rantai Pangan Terkontaminasi Radiasi Cesium-137, Walhi Desak Pemerintah Revisi Regulasi Limbah

“Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam. Kurangi penggunaan plastik, hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan biasakan memilah sampah sejak dari rumah,” ujar dia.

Selain itu, Etty menekankan pentingnya penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan pemberian sanksi bagi pihak yang tidak mendukung kebijakan pengurangan plastik.

“Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker,” kata dia.

Air hujan jadi solusi

Di sisi lain, air hujan merupakan sumber air bagi Bumi. Air hujan menjadi solusi krisis air bersih masa depan, sehingga saatnya manusia beralih ke air hujan untuk berhenti mengeksploitasi air tanah. Bahkan manusia harus secara masif wajib mengembalikan secara sengaja air hujan ke dalam tanah sebagai tabungan dan lumbung air saat ini dan masa depan.

Baca juga: Meteor Jatuh ke Bumi, Bukti Ruang Angkasa Tak Sekosong dan Setenang Dibayangkan

Adalah Komunitas Banyu Bening yang menjadi wadah pembelajaran tentang pemanfaatan air hujan bagi masyarakat Indonesia lewat Sekolah Air Hujan. Edukasi yang diberikan mencakup pemanenan air hujan skala rumah tangga hingga pemanfaatan dalam lingkup lembaga dan instansi. Juga mengubah cara pandang umum, bahwa air hujan mempunyai dampak negatif.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Air HujanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB UniversityKearifan LokalKomunitas Banyu Beningmikroplastik

Editor

Next Post
Gubernur DIY dan rombongan meninjau TPST Kranon di Kota Yogyakarta, 21 Oktober 2025. Foto Portal Pemkot Yogyakarta.

DIY Siapkan Tiga TPST untuk Kelola Sampah Menjadi Energi Listrik

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media