Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Air Hujan antara Ancaman Mikroplastik dan Solusi Krisis Air Masa Depan

Air hujan bisa menjadi berkah apabila manusia memperlakukannya secara benar.

Selasa, 21 Oktober 2025
A A
Tampungan pemanenan air hujan di Komunitas Banyu Bening di Sleman, DIY. Foto Pito Agustin.

Tampungan pemanenan air hujan di Komunitas Banyu Bening di Sleman, DIY. Foto Pito Agustin.

Share on FacebookShare on Twitter

Komunitas ini juga memperkenalkan teknologi ISLAH (Instalasi Sistem Lumbung Air Hujan), yakni sebuah teknologi tepat guna untuk pemanfaatan air hujan secara berkelanjutan sebagai solusi atas persoalan air bersih di Indonesia.

“Di Indonesia, hujan sering dianggap ancaman bencana, bukan sumber daya. Padahal dengan teknologi sederhana, air hujan bisa menjadi solusi atas krisis air bersih,” ujar Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kementerian PMK, Andre Notohamijoyo dalam Event tahunan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2025 resmi digelar pada 1–3 Oktober 2025 di Mojokerto, Jawa Timur dalam siaran tertulis.

Baca juga: Mindful Consumption Mencegah Perilaku Menyisakan Makanan Menjadi Sampah

Acara ini menjadi ajang edukasi nasional terkait pengurangan risiko bencana yang diikuti berbagai instansi, komunitas, hingga masyarakat dari seluruh penjuru Indonesia. Selain itu, Kalaksa BPBD Papua Barat, Derek Ampnir juga menyampaikan kebutuhan mendesak akan edukasi air hujan di wilayahnya.

“Kami sangat membutuhkan kehadiran Sekolah Air Hujan di Papua Barat, agar air hujan bisa benar-benar dimanfaatkan sebagai kebutuhan dasar rumah tangga. Kami tahu pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan membutuhkan air, jadi jangan sampai terjadi ke depan bener-bener mengalami krisis air global,” kata Derek.

Sebanyak 91 mahasiswa dan empat dosen dari Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) melakukan kunjungan akademik ke Sekolah Air Hujan Banyu Bening di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu Oktober 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda Kajian Fenomena Sosial I yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unnes.

Baca juga: Serangan Hama Sebabkan Potensi Produk Pertanian Hilang Sebelum Dikonsumsi Capai 50 Persen

Pihak Sekolah Air Hujan memperkenalkan konsep “sekolah dari rakyat untuk rakyat”, yang berfokus pada edukasi dan praktik pemanfaatan air hujan sebagai sumber kehidupan serta simbol kearifan lokal masyarakat. Bahwa air hujan bisa menjadi berkah apabila manusia memperlakukannya dengan benar. Semua kembali pada niat, pengetahuan, dan kebiasaan masyarakat.

Mahasiswa diajak memahami bagaimana masyarakat dapat mengubah persepsi terhadap air hujan yang kerap dianggap kotor atau berbahaya, menjadi sumber air layak konsumsi dan simbol keberkahan.

Mereka juga ingin tahu seputar proses penjernihan air hujan, keamanan konsumsi air hujan jangka panjang, serta pandangan masyarakat sekitar terhadap praktik tersebut. Pihak Sekolah Air Hujan menjelaskan bahwa keberhasilan pemanfaatan air hujan tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada perubahan cara pandang masyarakat terhadap alam dan lingkungan.

Dari pihak kampus menyampaikan, bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi “Kampus Konservasi”, yang berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan melalui pembelajaran dan praktik sosial.

Baca juga: Catatan Kritis Walhi Satu Tahun Kebijakan Lingkungan Prabowo-Gibran: Kartu Merah!

“Kami ingin mahasiswa belajar langsung dari masyarakat yang berhasil mempraktikkan konservasi air dengan cara sederhana namun bermakna,” ujar salah satu dosen pendamping.

Mahasiswa yang hadir juga mengikuti sesi uji coba terapi air hujan yang menjadi ciri khas Sekolah Air Hujan Banyu Bening. Mereka diajak secara langsung untuk melihat proses penampungan, penyaringan, hingga pengujian kualitas air hujan menggunakan metode sederhana berbasis kearifan lokal.

Mereka juga berkesempatan mencicipi air hujan yang telah diolah serta melakukan simulasi penggunaan air hujan untuk kebutuhan harian, seperti mencuci tangan, berkumur, dan menyiram tanaman.

Melalui praktik tersebut, mereka belajar bahwa pelestarian lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil dan sederhana di sekitar kita. Tidak hanya memperoleh wawasan ilmiah, mereka juga menambah pengalaman sosial dan ekologis yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga sumber daya air secara berkelanjutan. [WLC02]

Sumber: IPB University

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: air hujanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Universitykearifan lokalKomunitas Banyu Beningmikroplastik

Editor

Next Post
Gubernur DIY dan rombongan meninjau TPST Kranon di Kota Yogyakarta, 21 Oktober 2025. Foto Portal Pemkot Yogyakarta.

DIY Siapkan Tiga TPST untuk Kelola Sampah Menjadi Energi Listrik

Discussion about this post

TERKINI

  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Dosen Departemen Geografi Lingkungan UGM, Dr. Emilya Nurjani. Foto kagama.co.Emilya Nurjani, Sampaikanlah Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dengan Bahasa Mudah Dipahami
    In Sosok
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Ilustrasi kearifan lokal masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Sukabumi, Jawa Barat. Foto Dok. IPB University.Belajar dari Kearifan Lokal Kasepuhan Girijaya dan Tahura Atasi Perubahan Iklim
    In Rehat
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi Walhi tolak PLTGU Batang. Foto Dok. Walhi.Walhi Tolak Proyek PLTGU Batang, Gunakan Gas Fosil Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca
    In Lingkungan
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi biwak yang diperjualbelikan di Indonesia. Foto tomas_a_r_81/pixabay.com.Perdagangan Biawak Diperbolehkan, Tapi Jangan Merusak Ekosistem
    In News
    Rabu, 22 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media