Wanaloka.com – Sebanyak 30–50% produk pertanian Indonesia berpotensi hilang sebelum dikonsumsi, utamanya akibat serangan hama dan penanganan pascapanen yang belum optimal.
“Sejumlah negara tujuan ekspor seperti Jepang, Tiongkok, dan Australia diketahui menolak ekspor buah tropis Indonesia akibat ditemukannya lalat buah dan penurunan mutu produk,” kata Periset Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN Murni Indarwatmi dalam Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Teknologi Iradiasi Pangan untuk Menekan Food Loss Produk Pertanian Ekspor di Yogyakarta, Senin, 13 Oktober 2025.
Tingginya tingkat kehilangan hasil pertanian (food loss) itu menjadi salah satu tantangan besar bagi Indonesia. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga menghambat peluang ekspor. Riset BRIN berperan penting dalam menurunkan food loss dan meningkatkan ekspor.
Baca juga: Catatan Kritis Walhi Satu Tahun Kebijakan Lingkungan Prabowo-Gibran: Kartu Merah!
Butuh upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut dia, teknologi iradiasi menjadi solusi yang mampu menonaktifkan mikroba dan hama tanpa meninggalkan residu kimia serta sesuai dengan standar internasional FAO/WHO/IAEA.
“Iradiasi pangan terbukti efektif, aman, dan aplikatif. Sinergi lintas sektor sangat diperlukan agar inovasi ini dapat diterapkan luas dari laboratorium ke lapangan,” ujar dia.
Riset iradiasi pangan telah berjalan lebih dari dua dekade. Ia mengklaim hasilnya efektif untuk mendisinfestasi hama dan menjaga mutu berbagai komoditas hortikultura seperti mangga, salak, manggis, dan buah naga.
Sementara, periset dari Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler BRIN, Pandu Laksono memaparkan hasil Cost–Benefit Analysis (CBA) yang menunjukkan bahwa penerapan iradiasi pangan dapat memberikan manfaat ekonomi signifikan bagi rantai pasok hortikultura dan perkebunan.
Baca juga: MK Batalkan Sanksi Bagi Masyarakat yang Berkebun di Hutan Tanpa Tujuan Komersial
Dari hasil kajian terhadap komoditas salak pondoh Sleman, penerapan jasa iradiasi berpotensi menekan kehilangan hasil (food losses) sebesar 5–10 persen di tingkat eksportir. Riset tersebut juga menemukan, setiap tahap distribusi mulai dari panen, pengemasan, hingga pengiriman antarnegara berkontribusi terhadap potensi kerugian ekonomi yang dapat ditekan melalui perlakuan iradiasi.
Menurut penghitungannya, penerapan teknologi iradiasi pada rantai pasok hortikultura Indonesia mampu menghemat kerugian hingga Rp1,6–4,7 triliun per tahun. Hal ini bukan hanya efisien secara teknis, tapi juga layak secara ekonomi dan ramah lingkungan.







Discussion about this post