“Jumlah gunung api di Indonesia itu 127 atau sekitar 13 persen dari gunung api di dunia,” kata Hadi.
Menurut dia, upaya mitigasi bencana menjadi fokus utama PVMBG, mengingat 45 juta jiwa tinggal di sekitar gunung api aktif di Indonesia.
“Erupsi gunung dapat menyebabkan bencana bagi penduduk di sekitarnya, sehingga perlu pemantauan yang terus menerus. Petugas gunung api hampir setiap hari bisa melaporkan lebih dari 10 kali bagaimana kondisi erupsi tiap gunung api yang tersebar di Indonesia,” papar dia.
Baca Juga: Pemerintah akan Terapkan Biodiesel B40 Berbasis Kelapa Sawit Tahun 2025
PVMBG juga terus memperbarui peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk mengidentifikasi daerah berisiko tinggi.
“Kami terus perbarui peta kawasan rawan bencana (KRB), juga melakukan sosialisasi dan pembaruan dengan hasil cek di lapangan,” imbuh Hadi.
Selain itu juga dilakukan pembaruan mitigasi bencana lewat modernisasi peralatan di setiap pos gunung api. Ketersediaan peralatan di setiap 75 pos gunung api di Indonesia diharapkan tercukupi.
Baca Juga: 6 Agustus BRIN Ajak Masyarakat Matikan Lampu Satu Jam, Ini Alasannya
“Modernisasi dilakukan bertahap. Harapan kami, tahun 2029-2030 sudah tuntas. Tentu saja penyediaan modernisasi perlu ada perhatian terkait maintenance dan penggantian (alat) yang rusak,” jelas Hadi.
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana, sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan oleh PVMBG turut melibatkan tokoh masyarakat dan instansi terkait, seperti BPBD serta dinas di pemerintah daerah.
“Sampai saat ini, sosialisasi berjalan dengan baik. Bahkan PGA hampir semuanya memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, ” imbuh Hadi. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post