Wanaloka.com – Salah satu penyebab terbesar banyak korban gempa di Cianjur, umumnya karena tertimpa bangunan rumah. Mengingat tidak semua rumah warga dibangun dengan metode tahan guncangan gempa. Sementara, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono mengingatkan hampir seluruh pulau Jawa memiliki sesar yang memiliki potensi gempa yang besar.
“Perlu diwaspadai, masyarakat akan selalu hidup dengan ancaman itu. Yang harus dilakukan bersama, bagaimana hidup aman dengan ancaman gempa bumi,” kata Mudrik.
Geolog UGM, Gayatri Indah Marliyani menyebutkan beberapa langkah untuk menyiasati. Pertama, pemerintah dan lembaga terkait perlu memetakan sumber gempa dan karakteristiknya. Kedua, dilakukan perhitungan mengenai besaran dampak.
Baca Juga: Analisis Pakar, Ini Penyebab Gempa Cianjur Terasa Dahsyat hingga Jakarta
Ketiga, mengidentifikasi luasan area terdampak, baik daerah dengan risiko tinggi dan rendah. Keempat, pembaruan peta sumber dan bahaya gempa harus dilakukan secara berkala untuk mengakomodasi penemuan-penemuan baru yang akan melengkapi database dan memperbaiki model seismic hazard yang dihasilkan.
Kelima, peta sumber gempa yang ada dituangkan dalam aturan dan tatacara untuk bangunan tahan gempa. Peta tersebut juga menjadi acuan pemerintah daerah melakukan pengembangan tata ruang untuk pembangunan di wilayahnya.
“Aturan dan tatacara ini harus ditaati dan kontrol pelaksanaannya harus diperketat,” jelas Gayatri.
Baca Juga: Jumlah Korban Meninggal Dampak Gempa Cianjur 310 Orang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi telah mengirim Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana guna melakukan pemetaan dampak gempa bumi dan memberikan rekomendasi teknis guna membantu pemda dan pemprov di lokasi bencana.
Hidup Harmonis dengan Gempa
Selain melibatkan pemerintah, kesiapsiagaan menghadapi gempa juga bisa dimulai dari diri sendiri. Mengingat gempa-gempa lain masih akan terus terjadi di Indonesia, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa Rahma membagikan kiat-kiat sederhana untuk hidup harmonis dengan gempa.
Pertama, paham sumber dan bahaya gempa di sekitar, zona aman dan tidak aman di sekitar. Sumber dan bahaya gempa dapat diakses di antaranya pada portal Inarisk.bnpb.go.id. Kedua, perkuat bangunan agar tahan gempa. Perlu diingat, bahwa kematian terbesar akibat gempa diakibatkan reruntuhan bangunan. Rumah dapat didesain tahan terhadap guncangan gempa, baik dengan mengikuti kode bangunan maupun dengan menerapkan kearifan lokal.
Baca Juga: Sumbar Kirim Rendang 1,3 Ton untuk Korban Gempa Cianjur
“Bangunan tahan gempa tidak mesti dibangun dengan tata cara modern. Rumah dan bangunan tradisional di Indonesia juga tahan guncangan gempa,” kata Rahma.
Ketiga, perkuat furniture yang ada di rumah sehingga tidak mudah berjatuhan dan pecah. Keempat, siapkan peralatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan tas darurat untuk dapat bertahan hidup secara mandiri selama 36 jam pertama setelah gempa. Kelima, pasca gempa utama, waspadai gempa susulan. Periksa kondisi rumah. Apabila bangunan berubah menjadi miring, jangan ditempati sebelum diperbaiki.
Keenam, waspadai bahaya ikutan. Jika berada di daerah berbukit dan berlereng, waspadai longsor yang dapat terjadi. Jika berada di wilayah pantai, waspadai tsunami yang dapat terjadi, segera evakuasi menjauh dari pantai atau ke tempat yang lebih tinggi.
Discussion about this post