Wanaloka.com – Sejumlah upaya mengurangi volume sampah untuk mencegah emisi karbon dilakukan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bahkan mereka juga mengolah limbah sampah agar bisa dimanfaatkan kembali, bahkan mempunyai nilai ekonomis untuk menambah penghasilan warga. Sasaran edukasi pun tak hanya para orang tua. Melainkan juga anak-anak usia SMP dan sekolah dasar. Inovasi program KKN yang mereka lakukan sekaligus upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Deveopment Goals/SDGs).
Apa sajakah inovasi mahasiswa Unair tersebut?
Kulit Jeruk Nipis Jadi Bahan Makanan
Kulit jeruk nipis merupakan limbah dari produk industri perkebunan jeruk nipis di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lantaran sekadar dibuang, limbah kulit jeruk nipis pun menyebabkan polusi lingkungan.
Dosen dan mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair yang melakukan pengabdian masyarakat di Desa Bolo, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik memulai dengan penyuluhan penerapan zero waste untuk limbah kulit jeruk nipis. Kegiatan tersebut melibatkan tiga program studi, yaitu program studi rekayasa nanoteknologi, teknik industri, dan teknologi sains data.
Baca Juga: Ini Empat Tugas Kemenparekraf untuk Mengatasi Sampah di Destinasi Wisata
Program itu dilakukan dengan mengumpulkan limbah kulit jeruk nipis dari rumah tangga dan bisnis lokal. Kemudian diolah menjadi bubuk kulit jeruk nipis. Hasilnya digunakan untuk bahan masakan yang dicampur dalam teh (infuse tea).
“Ide program ini muncul untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah di masyarakat,” tutur dosen Rekayasa Nanoteknologi FTMM, Ilma Amalina, 19 Februari 2023.
Selain itu juga untuk mendukung kegiatan SDGs, khususnya poin 8 tentang Pekerjaan layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan poin 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Baca Juga: HPSN 2023, Ini Tahapan Mencapai Zero Waste Zero Emission hingga 2050
“Keberhasilan program ini tidak hanya mengurangi limbah (zero waste) dan polusi lingkungan, tetapi juga menghasilkan pendapatan bagi warga lokal dengan mendukung terciptanya bisnis UMKM,” papar Ilma.
Olah Eco Enzyme Jadi Sabun Cuci Piring
Kediri menjadi salah satu penghasil sampah terbanyak di Jawa Timur, yakni mencapai 3.500 m² perhari. Warga desa pun kerap membuang sampah ke lahan kosong yang bukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Akibatnya, terjadi penimbunan sampah yang berdampak buruk pada lingkungan.
“Sampah yang tidak tertangani Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terhitung 3.000 m². Tentu, ini berpotensi terjadi pencemaran lingkungan hingga bencana,” kata Penanggung jawab kegiatan Diva Adinda Purnamasari, 27 Januari 2023.
Baca Juga: Lima Media Berkolaborasi Liputan Dugaan Kejahatan Lingkungan di Bentang Batang Toru
Mahasiswa KKN Unair menginisisi pelatihan pembuatan eco enzyme untuk memanfaatkan sampah dapur rumah tangga di Desa Punjul, Kabupaten Kediri. Eco enzyme merupakan larutan zat organik dari proses fermentasi sisa sampah organik, gula, dan air. Pelatihan itu bertujuan untuk memanfaatkan sampah dapur guna mengurangi sampah di Desa Punjul. Sasaran peserta pelatihan adalah anggota PKK sebagai perwakilan ibu rumah tangga desa.
Farrel Christian Tomo selaku pemateri menjelaskan, bahan-bahan pembuatan eco enzyme berasal dari limbah sayur dan buah-buahan yang tidak keras, tidak berlemak, dan tidak termasak. Limbah tersebut dicampur dengan gula merah dan air. Rasio perbandingannya 10:3:1.
“Setelah cairan eco enzyme dibiarkan selama 3 bulan, hasil akhirnya dapat menjadi produk lain yang layak guna,” kata Farel.
Baca Juga: Gempa Terkini Guncang Kota Ondong Kepulauan Sitaro Sulut
Discussion about this post