Ketua Tim Penanganan Sampah ITB, Pandji Prawisudha mengatakan, IPST Sabuga dapat menjadi media pembelajaran ke depan, mulai dari siswa SD hingga umum, terkait pengolahan sampah.
Baca Juga: Empat Kali Bayi Orangutan Tanpa Induk Kembali Diselamatkan di Melawi
“Harapannya, masyarakat dapat melihat langsung bahwa sampah dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan kembali (menjadi pakan ternak, kompos, hingga energi untuk kendaraan listrik),” kata dia.
Sementara pengomposan sampah daun yang dikelola di IPST diakhiri dengan pengemasan kompos dalam plastik 3,5 kg dan karung 20 kg. Kompos ini salah satunya sudah digunakan para petani di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sementara sampah yang berdaya jual, seperti botol plastik, kertas, dus/karton, dan logam di jual ke bank sampah induk.
“Kalau 30 kilogram sampah makanan dari kantin setiap hari diproses menggunakan BSF,” imbuh Pandji.
Di luar itu, ITB berkolaborasi dengan mitra dalam penyediaan water refill station untuk isi ulang air. Ada juga Reverse Vending Machine (RVM) atau mesin penukaran botol plastik. Dengan mesin ini, sivitas akademika dapat menukarkan sampah botol plastik menjadi poin yang dapat dikonversi menjadi pundi-pundi rupiah.
Baca Juga: Gempa Sangihe M7,0 Dirasakan di Wilayah KRB Gempa Bumi
Water refill station dan RVM tersebut sudah tersedia di Kampus Ganesha dan Kampus Jatinangor. Untuk sampah baterai (limbah B3), ITB menyediakan tempat pembuangan khusus dan diangkut setiap tiga bulan sekali oleh PPLI.
Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah mendorong sivitas akademika untuk terus konsisten menjalankan pengurangan dan pengolahan sampah. Ia menyampaikan bahwa program tersebut merupakan upaya konsisten yang harus terus dijalankan sehingga menjadi budaya ITB.
“ITB harus memiliki budaya dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Ini merupakan upaya bersama yang harus terus dijalankan,” kata dia. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post